Ibu itu pun memeluk si anak karena rasa belas kasih yang telah diberikan kepadanya.
“Ini buat kamu beli permen saja yah,” kata si Ibu.
Anak itu pun memasang wajah bingung karena Ibu tadi menolak uang padahal di awal mengatakan perlu uang.
“Ibu membawa apa di tas kayu itu?” tanya si anak.
“Ini mesin jahit, ingin ibu jual untuk dapat uang,” jawab si Ibu.
“Boleh aku lihat?” tanya si anak.
Ibu itu pun membuka tas kayu yang ia bawa. Sebuah mesin jahit tua ada di dalamnya. Tanpa disangka tiba-tiba anak itu menangis.
“Boleh aku membelinya? Mesin itu sama seperti mesin jahit nenek yang hilang,” kata anak itu.
“Tapi… harganya …”
Si Ibu tidak meneruskan kata-katanya. Ia melihat ada pancaran kerinduan di mata anak itu. Sang Ibu percaya bahwa mesin jahit itu akan baik-baik saja jika diberikan kepada anak itu.
Selama berjalan seharian ini, tak ada satu pun mata yang memang berniat menjaga mesin tua itu, makanya Si Ibu memberikan harga yang begitu mahal untuk memastikan mesin itu akan dirawat setelah dibeli.
“Boleh, kamu boleh membelinya,” jawab Ibu tadi.
Edisi Koleksi Petualangan Pak Janggut Vol. 2 Sudah Bisa Dipesan, Ini Link PO-nya
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR