Kerajaan sedang bersedih akhir-akhir ini. Ibu Ratu jatuh sakit sudah berhari-hari. Sakitnya cukup aneh. Ia lemas dan tidak ingin melakukan apa-apa. Ibu Ratu hanya memilih tidur dan sudah berhari-hari begitu. Para tabib di dalam kerajaan tidak kunjung menemukan ramuan yang ampuh untuk Ibu Ratu.
Raja dan pangeran berkeliling bahkan sampai ke negeri seberang untuk mencari obat untuk Ibu Ratu. Namun, hasilnya nihil. Ibu Ratu masih tetap lemas dan tidak bersemangat.
“Wahai istriku, sakit apa gerangan yang menimpamu?” tanya Raja.
“Aku pun tidak tahu, aku tak ingin melakukan apa-apa. Lemas saja rasanya. Sulit untuk menjelaskannya,” jawab Ibu Ratu.
Banyak sekali tabib dari kerajaan lain yang didatangkan ke istana, tetapi tak satupun bisa membawa kesembuhan untuk Ibu Ratu. Akhirnya, pangeran berinisiatif untuk membuka sayembara kepada rakyatnya.
“Raja, bagaimana kalau kita buat sayembara untuk rakyat. Mungkin saja diantara ratusan rakyat yang tinggal di kerajaan ini, ada yang punya obat untuk kesembuhan Ibu Ratu,” kata Pangeran.
“Benar juga. Mari kita adakan,” jawab Raja.
Sayembara segera dibuat. Pagi-pagi, pengawal istana sudah berkoar-koar di pasar terbesar di kerajaan ini.
“Bagi siapa saja yang bisa menyembuhkan Ibu Ratu, akan diberikan hadiah, yaitu sebuah rumah di samping istana. Terima kasih,” begitulah isi pengumumannya.
Semua rakyat bersorak, membayangkan mendapatkan bisa tinggal di sebelah istana.
Keesokan harinya, satu per satu rakyat datang ke istana. Mereka membawa berbagai macam ramuan. Tabib istana mengecek ramuan itu sebelum diberikan kepada Ratu. Tentu saja, semua tidak ingin sang Ratu meminum ramuan yang salah.
Ada yang membawa ramuan dari bunga keabadian, Edelwise, ada yang membawa ramuan dari tumbuhan langka. Ada yang membawa air dari tujuh sungai ajaib, dan banyak lagi ramuan lainnya. Semuanya ingin Ratu sembuh dan tentu saja ingin mendapatkan hadiah sebuah rumah di sebelah istana.
Sayang sekali, walaupun sudah satu minggu berlalu, tak satupun ramuan bisa menyembuhkan Ibu Ratu.
“Bagaimana ini Pangeran?” kata Raja.
“Jangan menyerah, Raja. Aku yakin, pasti kita bisa menemukan obatnya,” jawab pangeran.
Tiba-tiba lonceng berbunyi pagi sekali. Seorang pengawal membawa Bapak tua masuk ke dalam kerajaan. Ia memakai baju sederhana dan tidak membawa apa-apa.
“Ada apa Pak tua? Akankah kau mencoba menyembuhkan istriku?” tanya Raja.
“Wahai Baginda Raja, aku akan mencobanya,” jawab Bapak tua itu.
“Ramuan apa yang kau bawa?” tanya pangeran.
“Aku tidak membawa apa-apa, tapi izinkan aku berkeliling istana,” kata Bapak tua itu.
Raja pun mengabulkan permohonannya. Ia meminta seorang pengawal dan emban untuk mengantarkan Bapak tua berkeliling istana. Begitu luasnya istana, sampai baru sore harinya, Bapak tua itu selesai berkeliling.
“Wahai Baginda Raja, aku sudah tahu, apa yang bisa menyembuhkan Sang Ratu,” kata Bapak Tua itu.
Sang Raja dan Pangeran sangat senang mendengarnya.
“Katakan, katakana ramuan rahasianya,” kata Raja bersemangat.
“Taman bunga,” jawab Bapak tua itu.
“Maksudnya?” tanya Pangeran.
“Kembalikan taman bunga yang ada di dekat kamar Ratu. Agar setiap pagi, ia bangun dan bisa melihat bunga-bunga. Pasti sudah lama Ratu tidak berjalan-jalan di taman bunga, karena itulah Ratu lemas dan tidak bersemangat,” jelas Bapak tua.
Raja mulai berpikir. Memang benar, taman bunga di dekat kamar Ratu telah ia ubah jadi sebuah gedung untuk menyimpan barang-barang kerajaan yang akan dijual. Kamar Ratu menjadi tak bercahaya, tak ada bunga-bunga.
“Baiklah, akan aku coba,” kata Raja. “Pengawal, kembalikan taman bunga Ratu. Buat jadi seindah mungkin!” perintah Raja.
Taman itu segera dibuat oleh seisi istana. Semuanya ikut membantu agar Ratu segera sembuh. Taman berhiaskan bunga warna-warni dan rerumputan hijau. Semuanya dibangun seperti sedia kala.
“Nah, Baginda Raja mohon meminta Ratu untuk membuka tirai di kamar. Agar ia bisa lihat indahnya taman bunga ini,” kata Bapak tua.
Rajapun menurut. Ia meminta Ratu membuka tirai kamarnya.
Saat tirai dibuka…
“Wah, indah sekali taman bunga ini!” seru Ratu. Wajahnya kembali bercahaya, seperti ada energi di dalam tubuhnya. Ia segera keluar dan berjalan-jalan di taman. Ratu kembali bersemangat lagi, tidak lemas, bahkan lebih banyak tersenyum.
“Ratu hanya tak sadar bahwa ia sedih karena taman bunganya hilang,” kata Bapak tua.
"Kenapa kau tahu Pak tua?" tanya Pangeran.
"Beberapa kali Ratu datang ke teko kecilku untuk membeli bibit bunga. Disana ia suka sekali bercerita mengenai taman bunga yang membuatnya bersemangat setiap pagi," jawab Bapak itu.
Pangeran mengangguk dan tersenyum. Ia mengerti sekarang, taman bunga memang selalu membuat bahagia dan mengundang setiap orang untuk berjalan-jalan di dekatnya.
Penglihatan Mulai Buram? Ini 3 Hal yang Bisa Jadi Penyebab Mata Minus pada Anak-Anak
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR