“Kau akan lihat betapa cerdiknya Pamanmu ini, Sin. Satu tiket ini sudah cukup. Aku bisa usaha sendiri,” kilah Paman Kikuk. “Paman, ja...” kata-kata Husin segera dipotong Paman Kikuk. “Sst...!”
KUSSUSANI
Enggak Mau Rugi
Kereta berjalan. Husin duduk sendirian. Dia tampak gelisah. Apa yang dilakukan Paman Kikuk? Para penjual asongan berlalu-lalang di dalam kereta api. Sesekali pengamen dan pengemis datang bergantian.
KUSSUSANI
Enggak Mau Rugi
Seorang pengamen bertubuh gendut menyanyi dengan suara sumbang. Ia memainkan ukulele. Wajahnya tertutup topi bermotif bunga-bunga. Ia mengenakan baju pantai berwarna kuning.
KUSSUSANI
Enggak Mau Rugi
Beberapa penumpang tampak tidak nyaman mendengar suara sumbang. Suara pengamen itu beradu keras dengan teriakan penjaja makanan.
KUSSUSANI
Enggak Mau Rugi
Suara ribut itu menarik perhatian kondektur yang sedang memeriksa karcis. Dia memerhatikan pengamen itu. “Kikuk...? Kamu si Kikuk, kan? Ingat aku? Kita teman SMA dulu,” tanya kondektur itu.
KUSSUSANI
Enggak Mau Rugi
“Sst, kamu menyamar jadi pengamen biar gratis, ya? Sifatmu dari dulu enggak berubah. Enggak mau rugi!” canda kondektur. “Eh, aku, eh... halo...,” Paman Kikuk gugup. Akhirnya, Paman Kikuk tetap harus membayar tiket kereta itu. (Cerita: Joko/ Ilustrasi: Sabariman)
KOMENTAR