Pada saat jam istirahat, Uta pergi ke kantin, mendekati penjual es kelapa muda.
“Bang, punya kelapa yang ada sabutnya itu nggak? Yang biasa dibuat perahu mainan,” tanya Uta.
“Ada, tapi di rumah. Mau ambil?” jawab penjual itu.
“Yah, yang di sini tidak ada?” tanya Uta.
“Nggak ada, ini adanya kelapa muda,” jawab penjualnya. “Rumah Abang dekat kok. Noh, di belakang SMP ini,” tambah Abang.
“Oh! Nanti pulang sekolah aku mampir, ya Bang, minta kelapa,” kata Uta.
“Iya, ambil saja,” jawab penjual itu.
Dengan perasaan bersalah Uta terpaksa tidak jujur pada Abi bahwa ia tidak bisa pulang bersepeda sama-sama. Uta bilang harus latihan lari, padahal ia ingin meminta kelapa dan membuat hadiah untuk Abi.
Untung saja Abi tidak banyak bertanya. Uta langsung mengayuh sepeda ke rumah Pak Tomang, penjual es kelapa. Ia sangat bahagia karena ketika sampai di rumah Pak Tomang, ada banyak bahan yang ia butuhkan.
“Ambil saja sesukamu. Kalau perlu apa-apa bilang,” kata Pak Tomang dengan ramah.
Uta bergegas mengambil apa saja yang diperlukan. Namun, setelah ia pikir-pikir lebih baik ia menyelesaikannya di rumah Pak Tomang daripada ketahuan Abi. Bukan hanya diberikan bahan dan dipinjamkan alat, bahkan Pak Tomang dan teman-temannya membantu Uta membuat hadiah untuk Abi.
Tak butuh waktu lama karena dikerjakan bersama-sama. Pukul 17.00 semuanya selesai. Awalnya ingin membuat 1 perahu saja, tetapi sekarang jadi ada tiga perahu.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR