Uta menonton televisi pagi-pagi sambil sarapan. Salah satu tayangan memberikan informasi bahwa hari ini adalah Hari Persahabatan Internasional.
“Oh jadi 30 Juli itu Hari Persahabatan Internasional,” kata Uta mengulang pemberitaan. Ia kembali melanjutkan sarapannya.
“Ta, yuk, jalan!” kata Abi.
“Siap, Bi!” jawab Uta.
Abi memang sahabat terbaik Uta sejak kecil. Abi dan keluarga adalah orang-orang yang membuat Uta bisa melanjutkan sekolah. Ayah Abi membantu Uta memperoleh beasiswa dan menampung Uta di rumah kontrakannya. Mereka bukan orang kaya, tetapi orang yang tulus membantu.
Tunggu! Kalau hari ini Hari Persahabatan, berarti…
“Aku akan beri hadiah istimera untuk Abi, ah!” kata Uta.
“Ta, ayo! Nanti telat kita,” panggil Abi dari luar rumah.
“Iya siap siaaaappp,” kata Uta sambil memakai tas dan setengah berlari keluar.
Uta dan Abi ke sekolah dengan sepeda. Mereka harus berangkat pagi-pagi supaya jalanan masih sepi, tidak terlambat, dan sempat istirahat sambil mengeringkan keringat ketika sudah sampai di sekolah.
“Eh, ngapain senyum-senyum?” tanya Abi sambil mengipas-ngipaskan buku tulis.
“Ah, mau tau aja!” jawab Uta sambil cekikikan.
Uta sudah mengetahui akan memberikan hadiah apa untuk Abi. Namun, Uta butuh waktu untuk membuatnya. Tentu saja, tanpa sepengetahuan Abi.
Pada saat jam istirahat, Uta pergi ke kantin, mendekati penjual es kelapa muda.
“Bang, punya kelapa yang ada sabutnya itu nggak? Yang biasa dibuat perahu mainan,” tanya Uta.
“Ada, tapi di rumah. Mau ambil?” jawab penjual itu.
“Yah, yang di sini tidak ada?” tanya Uta.
“Nggak ada, ini adanya kelapa muda,” jawab penjualnya. “Rumah Abang dekat kok. Noh, di belakang SMP ini,” tambah Abang.
“Oh! Nanti pulang sekolah aku mampir, ya Bang, minta kelapa,” kata Uta.
“Iya, ambil saja,” jawab penjual itu.
Dengan perasaan bersalah Uta terpaksa tidak jujur pada Abi bahwa ia tidak bisa pulang bersepeda sama-sama. Uta bilang harus latihan lari, padahal ia ingin meminta kelapa dan membuat hadiah untuk Abi.
Untung saja Abi tidak banyak bertanya. Uta langsung mengayuh sepeda ke rumah Pak Tomang, penjual es kelapa. Ia sangat bahagia karena ketika sampai di rumah Pak Tomang, ada banyak bahan yang ia butuhkan.
“Ambil saja sesukamu. Kalau perlu apa-apa bilang,” kata Pak Tomang dengan ramah.
Uta bergegas mengambil apa saja yang diperlukan. Namun, setelah ia pikir-pikir lebih baik ia menyelesaikannya di rumah Pak Tomang daripada ketahuan Abi. Bukan hanya diberikan bahan dan dipinjamkan alat, bahkan Pak Tomang dan teman-temannya membantu Uta membuat hadiah untuk Abi.
Tak butuh waktu lama karena dikerjakan bersama-sama. Pukul 17.00 semuanya selesai. Awalnya ingin membuat 1 perahu saja, tetapi sekarang jadi ada tiga perahu.
Perahu …
Itulah hadiah yang diberikan Uta untuk Abi. Mereka bertemu di pelabuhan saat membantu orang tua mengangkut ikan, lalu bermain bersama, dan bersahabat hingga sekarang. Perahu punya kenangan untuk mereka.
Uta kembali ke rumah. Ia menyembunyikan tiga perahu itu di dalam tas plastik hitam besar.
“Bagaimana cara memberinya, ya?” kata Uta pada dirinya sendiri.
Saat itu, Abi sedang menonton TV. Kalau Uta masuk kamar Abi, pasti tidak ketahuan. Yap, taruh saja di kamarnya.
Uta menjejerkan perahu-perahu itu di kamar Abi.
“Ta, beli makan, yuk!” ajak Abi dari depan televisi.
Uta cepat-cepat keluar dari kamar Abi dan masuk kamarnya. “Mandi bentar ya,” kata Uta.
Abi pun berjalan ke arah kamarnya. Sampai di kamar, ia kaget melihat deretan perahu dari kelapa yang berjejer di atas
Ternyata bukan hanya Abi yang terkejut. Ketika Uta memasuki kamar, ia melihat ada sketsa perahu yang sangat bagus di atas meja belajarnya. Saat ia balik, ada tulisan …
“Selamat Hari Persahabatan Kawan”
Itulah hadiah dari Abi untuk Uta.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR