Seta langsung berlari memeluk semut itu. Ia adalah Hinsa, kakak Seta. Mereka berpelukan lama sekali.
“Seta…. di mana Seta di mana?” datanglah dua ekor semut lagi. Mereka adalah Ayah dan Ibu Seta.
Mereka berempat berpelukan lama sekali. Terdengar suara tangisan Seta, tangisan bahagia karena akhirnya berjumpa dengan keluarga.
Cendan meneteskan air mata melihat pertemuan yang mengharukan itu. Ia teringat saat pertama kali bertemu dengan Seta dengan wajah sedih, lelah, dan takut. Lalu, berbagi cerita dengan Seta, dan sekarang apa yang Seta cari sudah ditemukan.
Cendan mundur beberapa langkah, hingga cahaya dari senter di kepala Cendan bergoyang. Seta baru sadar belum memperkenalkan Cendan.
“Astaga, Cendan…. Ibu Ayah, ini Cendan, sahabatku yang membantuku menemukan kalian,” kata Seta.
Ketiga semut hitam lainnya langsung mendekati Cendan.
“Terima kasih Cendan. Terima kasih sudah mempertemukan kami kembali,” kata Ayah Seta.
“Terima kasih sudah menolong Seta,” kata Ibu Seta sambil menangis.
“Sama-sama, Cendan senang menolong Seta, Cendan senang melihat kalian bertemu lagi,” jawab Cendan.
Hari sudah malam, semuanya lelah dengan perjalanannya masing-masing. Cendan beritirahat di ranting dekat sarang keluarga Seta. Awalnya Seta ingin beristirahat di dekat Cendan, tetapi Cendan menolak.
“Kamu tidur dengan keluargamu saja Seta, mereka pasti rindu. Aku tidak apa tidur disini,” kata Cendan. Seta pun menuruti kata-kata itu.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR