Mereka menyelinap masuk. Tak lama kemudian terdengar pintu tertutup. BLAM! Kedua anak itu terkurung di dalam. Rudi mencoba untuk membuka pintunya, sementara Runi menggedor-gedor.
“Apakah ada orang di dalam?” terdengar suara dari luar.
Kedua anak itu berteriak-teriak sambil menggedor-gedor pintu. Tak lama kemudian pintu itu menggeser terbuka.
“Apa yang kalian lakukan di dalam sini?” tanya Pak Dion.
“Kami cuma melihat-lihat, Pak,” jawab Rudi.
“Untung kalian tidak terkurung di tempat makanan beku. Kalian bisa membeku kalau tidak ada yang membukakan. Kenapa kalian malah menggedor-gedor, bukannya membuka pintunya?” tanya Pak Dion
“Tadi aku sudah mencoba membukanya tetapi tidak bisa,” jawab Rudi sambil memegang handel pintu.
“Pantas saja tidak terbuka kalau membukanya seperti itu. Ini pintu geser, cara membukanya begini,” ujar Pak Dion sambil menggeser pintu.
Tap! Tap! Tap! Terdengar langkah terburu-buru diiringi suara Bu Dini yang memanggil kedua anaknya.
“Runi, Rudi, apa yang kalian lakukan di dalam sini? Mama melihat kalian di rekaman CCTV,” ujar Bu Dini cemas.
Runi dan Rudi bergantian menceritakan pengalaman mereka. Mereka juga bercerita tentang keingintahuan mereka karena ada yang mengatakan kalau toko ini adalah milik mereka. Mereka ingin tahu mengapa Bu Dini tidak pernah bercerita dan mengapa mereka tetap harus membayar apa yang mereka beli di toko ini.
“Iya, memang benar toko swalayan ini milik kita. Namun, itu bukan berarti kita boleh mengambil seenaknya saja. Kita tetap harus membelinya, supaya mudah penghitungan untung dan ruginya,” ujar Bu Dini.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR