Sudah tiga hari berlalu, teka-teki hilangnya bintang-bintang di langit malam Desa Terreno masih belum terpecahkan. Para ayah sudah berkumpul dan berdiskusi dari malam hingga pagi setiap hari.
Banyak anak-anak yang tidak ceria seperti biasanya, malam-malam pun jadi tidak seindah biasanya. Berulang kali anak-anak Desa Terreno bertanya,”Ke mana perginya bintang-bintang, Bunda, Ayah?” Namun, belum satu orang tua pun bisa menjawab.
Starsa, seorang anak yang tiba-tiba ingat tentang cerita asap suatu sore yang disampaikan Kakek. Ia ingat bahwa Kakek pernah bercerita bahwa langit sempat tidak berbintang karena hutan terbakar. Asap menutupi bintang-bintang. Namun, kejadian itu sudah lama sekali, saat Kakek masih kecil.
Starsa mendekati ayahnya yang sedang sibuk membaca buku legenda desa karena berharap ada jawaban atas ke mana perginya bintang-bintang.
“Ayah, Kakek pernah bercerita tentang hilangnya bintang-bintang karena asap,” kata Starsa.
Ayah segera menoleh ke arah Starsa,”Asap?”
Starsa mengangguk. “Kata Kakek, ada kebakaran hutan yang besar sehingga asapnya menutupi bintang-bintang di langit,” katanya.
“Kebakaran hutan?” tanya Ayah.
“Iya Ayah, tapi itu terjadi waktu kakek masih kecil katanya. Apakah di dalam buku legenda desa ada tentang kebakaran hutan?” tanya Starsa.
Ayah langsung membuka-buka halaman buku legenda. Tepat di halaman 365, terdapat legenda kebakaran hutan.
“Starsa, Ayah akan baca dulu legenda ini. Semoga ada jawaban dari sini. Terima kasih, ya, anak hebat!” kata Ayah. Starsa mengangguk dan tersenyum. Ia meninggalkan ayah di ruang baca.
Ayah butuh waktu beberapa jam untuk menghabiskan cerita mengenai kebakaran hutan karena bahasa yang digunakan adalah bahasa kuno yang sudah banyak berubah saat ini.
“Jadi begitu …” kata Ayah sambil menutup buku legenda.
Ia pun berangkat menuju balai tempat berkumpulnya para ayah setiap sore untuk membahas ke mana perginya bintang-bintang.
“Sudah aku temukan jawabannya di buku legenda ini,” kata Ayah Starsa.
Seisi balai desa menengok ke arahnya, menanti jawaban lebih lanjut.
Ayah Starsa menceritakan kebakaran hutan yang begitu hebat pernah terjadi di desa sebelah Desa Terreno. Saking besarnya, asap menutupi langit, hingga bintang hilang berhari-hari.
“Apa penyebab kebakaran itu?” tanya seorang Ayah.
“Kalau dulu karena ada yang mencoba-coba membuat api di dalam hutan,” jawab Ayah Starsa.
Semuanya kembali berpikir. Kalau kali ini tidak mungkin lagi ada percobaan seperti itu karena sudah ada korek api.
“Kita harus menemukan hutan yang terbakar itu, dan bersama-sama memadamkan apinya,” kata seorang Ayah. Semuanya setuju.
Keesokan harinya para Ayah memulai perjalanan, mereka mengajak gajah-gajah di Desa Terreno. Pasti gajah bisa membantu memadamkan api. Perjalanan ini dipimpin oleh Kepala Desa, karena ia yang mengetahui letak hutan terdekat. Walaupun hutan terdekat, tetapi butuh waktu lebih dari satu hari untuk sampai di hutan.
Sesampainya di hutan, ternyata benar. Ada asap yang membumbung tinggi, pasti ada kebakaran yang terjadi. Namun ada yang aneh. Terdengar suara orang-orang di dalam hutan. Apakah mereka tidak bisa keluar?
Memang berbahaya masuk ke kawasan kebakaran hutan, tetapi perlahan-lahan para Ayah Desa Terreno mencoba untuk mendekat kea rah suara-suara itu.
“Sebentar lagi hutan ini akan rata, lalu kita buat jadi kebun kelapa, hahahaha!” terdengar suara seorang pria.
Kecurigaan para Ayah terjawab. Ternyata pencuri bintang adalah orang-orang yang sengaja membakar hutan. Mereka tidak sadar telah membuat anak-anak Desa Terreno bersedih karena tidak bisa melihat bintang lagi.
Dengan cepat, para Ayah menyusun rencana penangkapan pencuri bintang yang jahat ini. Dibantu para gajah, semuanya jadi lebih mudah.
Gajah diminta menyerang tiba-tiba dari depan, lalu para Ayah menangkap dari belakang.
HAAP! Pencuri tertangkap. Mereka tak bisa langi menghindar. Satu pencuri yang mencoba berlari langsung dihalangi belalai gajah.
Para ayah Desa Terreno, dibantu gajah-gajah bekerja sama memadamkan api. Warga desa satu per satu datang membantu. Butuh waktu dua hari sampai akhirnya api bisa padam lagi. Warga mengikuti petunjuk di buku legenda bahwa cara terbaik memadamkan api adalah bekerja sama dari berbagai sisi.
Pencuri bintang alias pembakar hutan sudah tertangkap. Warga Terreno kembali ke rumah masing-masing setelah menyerahkannya ke pengadilan di kota.
“Ayah, Bunda, apa malam ini ada bintang?” tanya seorang anak.
“Pasti ada, karena pencurinya sudah ditangkap,” jawab Ayah.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR