Di hutan pinus, tinggalkah seekor beruang kecil bernama Coki. Ia punya teman seekor itik bernama Lusi. Keduanya sudah berteman sejak lahir, dan selalu berpetualang bersama.
Coki adalah beruang yang suka sekali makan dan agak ceroboh. Ia suka makan stoberi, rasberi dan beri hitam di hutan. Dia juga suka sekali makan madu, sehingga para lebah di hutan menjaga penyimpangan madu mereka baik-baik.
Coki pernah mencoba mencuri madu para lebah. Namun, para lebah menyerangnya dan menggigiti hidungnya sambil berbisik marah, “Bzzz…”
Saat itu, Coki sangat kesakitan.
Hari ini, Coki dan Lusi berjalan-jalan lagi di hutan. Coki sangat girang ketika menemukan tempat penyimpanan madu. Pagi itu, Coki sedang sangat lapar. Ia melihat sekeliling, dan merasa tidak ada lebah di situ.
“Ini waktunya untuk aku beraksi, Lusi!” bisik Coki.
“Aku akan melihat sekeliling! Kalau lebah-lebah itu pulang, aku akan berteriak,” janji Lusi.
Lusi adalah itik yang baik dan selalu menolong temannya. Ia berjaga, melihat ke kiri, ke kanan, ke depan, dan ke belakang. Ia tidak melihat ada lebah seekorpun.
Coki sudah sangat kelaparan. Ia pun makan dengan sangat rakus. Ia meraup sarang madu itu dengan tangannya, lalu melahap dengan nikmatnya. Kini seluruh tubuhnya belepotan madu lengket.
“Ya ampun!” teriak Lusi. “Kamu harus mandi, Coki!”
Lusi menarik badan Coki dan menyuruhnya masuk ke sungai. Coki masuk ke sungai, namun ia tidak mandi. Kini ia malah sibuk menangkapi ikan salmon yang berseliweran di depannya. Coki lalu melahap salmon-salmon itu dengan rakus.
“Mandi dulu” kata Lusi. “Kamu sangat lengket!” Lusi lalu menceburkan dirinya juga ke sungai. “Siapa yang lebih cepat berenangnya? Aku atau kamu?” seru Lusi mendapat akal.
“Aku!” teriak Coki. Ia tidak sadar kalau Lusi sedang mengakalinya.
“Ayo kita lihat!!” tantang Lusi, lalu mulai berenang secepat mungkin.
Coki berusaha mengejarnya. Namun ia kalah.
Coki malu dan keluar dari air. Ia mengeringkan dirinya. Tubuhnya kini tidak lengket lagi berkat akal Lusi yang pandai.
Sementara itu, gerombolan lebah sudah kembali ke sarang mereka. Mereka sangat terkejut dan marah melihat penyimpanan madu mereka sudah berantakan.
“Lihat, madu kita hilang! Coki pasti yang ambil!” kata Ratu Lebah.
“Ayo, kita beri pelajaran padanya!” seru lebah-lebah lain.
Gerombolan lebah pun terbang mencari Coki.
“Itu dia, Coki si pencuri madu! Bzzzz…” dengung lebah lebah.
Lusi yang pertama kali melihat lebah-lebah itu. Ia ingin peringatkan Coki. Namun, belum sempat ia bicara, Coki sudah melompat menceburkan diri masuk ke air lagi.
“Fuuh.., selamat deh!” kata Coki setelah lebah-lebah itu pergi.
Coki dan Lusi betul-betul merasa lelah. Mereka berdua lalu beristirahat sebentar. Mereka meihat seekor kodok yang melompati pagar tinggi.
“Aku mau coba melompat juga,” kata Coki iseng.
Kodok itu tertawa keras. “Tubuh kamu itu besar dan gemuk! Kamu tidak mungkin bisa melompati kayu! Kwok kwok kwok…” tawa kodok itu.
Coki dan Lusi buru-buru meninggalkan kodok yang tidak ramah itu. Di sungai, mereka melihat ada sebuah rakit. Keduanya segera naik ke rakit itu.
Namun di tengah sungai, tiba-tiba rakit itu bergerak semakin cepat dan cepat. Rupanya, mereka terjebak di arus jeram. Ya, ada jeram air terjun di depan mereka. Lusi buru-buru melompat ke air.
Sementara, Coki terbawa rakit dan jatuh di air terjun kecil. Untunglah dia selamat, bahkan tidak merasa kesakitan.
Sebelam keduanya memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya, tiba-tiba terdengar suara gerombolan lebah lagi.
“Bzzzz…”
Rupanya, karena sangat marah, lebah-lebah itu menyerang apa saja yang mereka temui. Mereka juga menyengat katak yang sombong tadi.
Lusi dan Coki diam-diam lari dari tempat itu. Dan akhirnya, sampailah mereka di gua Coki.
Lusi segera menyiapkan api unggun. Mereka lalu memanggang ikan-ikan salmon yang berhasil mereka tangkap.
“Betul-betul hari yang melelahkan. Mudah-mudahan besok nasih kita lebih baik,” kata Lusi.
“Aku harap juga begitu,” kata Coki sambil melahap ikan salmonnya. “Aku berjanji, tidak akan mencuri madu di sarang lebah lagi,” kata Coki.
Lusi hanya tersenyum. Ia ragu, apakah Coki bisa menepati janjinya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Rizky.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR