Pohon loa sangat menarik perhatian, terutama saat berbuah. Buahnya yang sebesar bakso, bergantungan berkelompok memenuhi batang pohon dan dahan-dahannya. Buahnya berwarna hijau di saat muda dan berubah jadi merah saat sudah matang. Kala buah yang ranum berwarna merah bergelantungan di dahan, wuih … pohon ini makin menarik perhatian!
Nama latinnya Ficus racemosa. Di Indonesia ada yang menyebutnya pohon ara. Orang Sunda menyebutnya pohon loa. Sedangkan orang Jawa menyebutnya pohon lo atau elo.
Pohon loa adalah pohon yang besar. Tingginya bisa mencapai 17 meter dengan garis tengah batangnya sekitar 50 cm. Batangnya sangat bergetah. Getahnya berwarna putih susu. Katanya getah ini bisa membuat iritasi pada kulit.
Daging buah loa berwarna putih. Bijinya banyak dan kecil-kecil. Buah loa yang masih muda rasanya kesat. Orang Sunda sering makan buah muda ini sebagai lalap. Buah loa yang sudah masak, rasanya masam manis. Dulu orang menggunakan buah ini untuk campuran rujak bebek atau rujak tumbuk. Buah loa juga dipercaya mempunyai khasiat untuk mengobati beberapa penyakit.
Selain dikonsumsi oleh manusia, buah loa juga merupakan sumber makanan bagi satwa liar, yaitu monyet ekor panjang, burung pemakan buah, dan kelelawar.
Pohon loa banyak terdapat di daerah tropis, seperti Pakistan, India, Sri Lanka, Bangladesh, Nepal, Burma, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia hingga Australia bagian utara. Pohon loa memerlukan banyak air, karenanya tanaman ini banyak tumbuh di pinggir sungai dan rawa.
Foto: Aan Madrus
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Aan Madrus |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR