Coreng sedang duduk termenung di depan kolam. “Kenapa, Reng, kok kelihatannya sedih sekali?” sapa Bobo. Coreng bertanya lirih, “Bo, sebenarnya, siapa sih, anak kesayangan Emak?”
“Tentu saja Emak sayang semua anaknya,” jawab Bobo. “Memangnya kenapa?” Coreng menggeleng. “Tidak. Anak kesayangan Emak adalah Cimut, karena dia anak bungsu. Aku cuma disuruh menjaga Cimut terus.”
Bobo menarik napas. “Benar juga. Tapi, menurutku, Emak lebih sayang pada Upik. Lihat saja! Emak selalu membelikan mainan yang bagus-bagus buat Upik.” Bobo dan Coreng melihat Upik yang sedang bermain bebek-bebekan.
“Bobooo!!!” teriak Emak. “Tolong buang sampah, Nak!” Bobo menoleh pada Coreng. “Iya, ya.... Kalau kita, cuma dimintai tolong terus sama Emak.” Bobo berlari mengambil sampah yang harus dibuangnya.
Bobo kembali ke tempat Coreng. “Coreeeng!!! Bantu Emak mengangkat jemuran, ya! Cimut biar dijaga Bobo!” Coreng memandang Bobo sambil mengangkat bahu, lalu berlari mengangkat jemuran.
“Aaah, capek juga!” kata Coreng sambil duduk bersandar di bawah pohon. “Bobooo!!! Coreeeng!!! Upiiik!!! Cimuuut!!!” teriak Emak. “Ah, pasti cuma mau disuruh-suruh lagi!” keluh Coreng.
“Ayolah ke sini, Anak-anak!!! Ada es krim untuk kalian semua...” panggil Emak sekali lagi. Hah, es krim??? Waaa, anak-anak langsung berlari cepat-cepat. “Jadi, sebenarnya siapa sih, anak kesayangan Emak, Reng?” tanya Bobo sambil menjilati es krimnya. “Wah, kalau seperti ini sih, aku jadi percaya, Emak sayang semua anaknya!” seru Coreng sambil mengedipkan matanya. Emak tersenyum. Ya, tentu saja Emak sayang semuanya!
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR