Suatu hari, diam-diam, Irgo dan Bunos menghadap Raja Gabor.
“Tuanku Raja, ketahuilah, Ferko adalah seorang penyihir jahat yang berasal dari desa kami. Dia datang ke istana ini untuk membawa lari Putri Ilona,” lapor Irgi dan Bunos.
Maka hari itu juga, Raja Gabor menyuruh pengawalnya untuk membawa Ferko ke hadapannya.
“Ferko! Penyamaranmu sudah terbongkar. Ada yang tahu kalau kau adalah seorang penyihir, dan ingin menculik puteriku. Karena itu, kau akan kuhukum mati jika tidak segera meninggalkan kerajaan ini. Tapi, kau bisa tetap tinggal di kerajaan ini jika sanggup melaksanakan tiga tugas dariku!”
“Raja Gabor yang mulia, hamba ingin tetap bekerja di istana ini. Karena itu, ijinkanlah hamba melaksanakan tiga tugas dari Raja,” jawab Ferko rendah hati. “Raja Gabor yang mulia, berikan dia tugas yang berat!” terdengar suara dari sudut ruangan. Ferko menoleh ke belakang. Ternyata Irgi yang barusan berbicara. Bunos berdiri di sampingnya, ikut memberi saran,
“Raja Gabor yang mulia, suruhlah dia membangun istana yang lebih indah dari pada istana ini. Jika dia gagal, biarkan dia dihukum!”
Raja Gabor setuju dengan usulan Bunos. Ia pun memerintahkan Ferko untuk mulai bekerja hari itu juga, dan harus selesai di besok pagi. Irgi dan Bunos senang, karena merasa berhasil menyingkirkan Ferko selamanya.
Pemuda malang itu sangat sedih. Ia berjalan tanpa arah dan tiba di padang rumput.
“Apa yang harus kulakukan agar bisa lolos dari hukuman mati?” gumamnya bingung.
“Bzzzzz… apa yang membuatmu bingung, pemuda yang baik hati? Apakah aku bisa membantumu? Bzzzz… aku adalah ratu lebah yang pernah kau sembuhkan… “
Ferko mengenali ratu lebah itu, dan berkata, “Aduh! Bagaimana mungkin kau bisa membantuku, Ratu Lebah… Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa melakukan tugasku. Saya harus membangun istana yang lebih indah dari istana Raja Gabor. Istana itu harus selesai besok pagi!”
“Apa cuma itu permintaan Raja Gabor? Kalau cuma itu, tenanglah sahabatku! Tinggallah di sini dengan tenang, sampai aku datang lagi untuk memberitahu kalau istana itu sudah selesai…”
Source | : | Dok. Majalah Bobo / Folkore |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR