Keduanya melanjutkan langkah menuju rumah. Tiba di rumah, suasana begitu sepi. Ibu tentu belum kembali dari kantor. Tapi, ke mana Bik Supi?
Ketika Oka dan Oki membuka tudung saji penutup makanan, keduanya hanya mendapati nasi tanpa lauk-pauk dan sayur seperti biasanya. Aneh, mengapa sesiang ini Bik Supi belum masak?
Tiba-tiba terdengar suara orang menangis. Suara tangisan itu berasal dari dapur. Keduanya kaget melihat Bik Supi menangis.
"Ada apa, Bik?" tanya Oka.
"Bik Supi, kok belum masak?" tanya Oki. Ditanya seperti itu Bik Supi semakin menangis. Oka dan Oki bingung melihatnya.
"Bik Supi, sakit ,ya?" Bik Supi menggeleng. "Uang belanja Bibik hilang."
Oka dan Oki berpandangan.
“Tadi Bibik pergi ke pasar, sampai di sana uang itu tidak ada," jelas Bik Supi.
"Coba, deh, Bik Supi ingat-ingat. Sebelum pergi ke pasar, mungkin Bik Supi pergi ke tempat lain?"
"Bibik sempat buang sampah dulu di ujung jalan sana," cerita Bik Supi.
"Berapa uangnya, Bik?"
"Dua puluh tiga ribu. Uang itu Bibik ikat pakai karet. Bibik tidak punya uang untuk menggantikannya. Bibik takut dimarahi Ibu."
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR