Sudah 3 hari ini Rudi suka sekali makan sate taican. Hanya dengan sekali mencoba, esoknya Rudi ingin makan sate itu lagi. Awalnya mereka membeli dari penjual sate, setelah itu mereka membuatnya sendiri. Sekarang Rudi sudah mahir membuat sate ayam tanpa bumbu kacang itu.
“Ma, kita makan sate taican lagi, ya,” pinta Rudi pada Bu Dini.
“Sudah 3 hari makan sate terus. Apa kamu tidak bosan?” tanya Bu Dini lembut.
“Aku bosan,” ujar Runi tanpa ditanya.
Biasanya, Runi yang makannya lebih banyak. Rudi hanya makan banyak apabila ia suka menunya. Sudah 3 hari ini Rudi yang makannya lebih banyak. Itu karena ada sate taican sebagai lauknya. Semula Bu Dini senang melihat Rudi makan banyak, namun setelah 3 hari memakan menu yang sama, Bu Dini ingin berganti menu.
“Kita makan sup ikan saja, ya,” ujar Bu Dini memutuskan.
Mendengar itu, Runi bersorak gembira. Sup ikan adalah salah satu makanan kegemaran Runi. Sementara Rudi mengangguk dengan terpaksa. Sebenarnya Rudi juga suka sup ikan, namun ia masih ingin makan sate ayam yang gurih itu.
Kemudian Bu Dini mengajak anak-anaknya membeli ikan segar dan aneka makanan laut. Setelah belanja, mereka langsung pulang. Setiba di rumah, rombongan kecil itu menuju dapur untuk menyiapkan makan malam mereka.
“Aku akan membersihkan dan memotong ikan-ikannya,” ucap Runi setiba di dapur.
“Aku mengambilkan peralatan masak aja,deh,” ujar Rudi. Rudi masih kurang bersemangat karena tidak jadi makan sate ayam kesukaannya.
“Biar aku saja yang memasak. Masakanku pasti enak, karena ini makanan kesukaanku,” kata Runi lantang.
“Baiklah,” sahut Rudi singkat.
Setelah membantu sebentar, Rudi akhirnya meninggalkan dapur. Ia memilih membaca buku cerita detektif yang baru dipinjamnya dari Bayu. Sementara Runi dan Bu Dini asyik menyiapkan makanan di dapur.
“Bagaimana kalau sebagian ikannya kita jadikan sate?” usul Runi.
“Kamu pasti sedang memikirkan Rudi yang suka sate, ya?” ujar Bu Dini.
“Iya, Ma. Aku senang melihat Rudi makan banyak, lebih banyak dari aku. Biasanya, kan, aku yang makannya banyak he he he,” jawab Runi malu-malu.
“Yuk, kita buat satenya,” ujar Bu Dini.
Dengan cekatan Runi menusuk-nusuk ikan, udang, dan cumi-cumi dengan tusukan sate. Setelah cukup banyak, Runi membakarnya. Aromanya menyebar sampai ke hidung Rudi. Rudi segera menuju dapur tanpa harus dipanggil.
“Supnya sudah matang,” kata Bu Dini.
“Hmmm…. Aromanya menggiurkan,” gumam Rudi.
“Bagaimana dengan yang ini?” ucap Runi sambil membawa piring satenya.
“Wah, kamu membuat sate?” tanya Rudi tak percaya.
“Iya. Kamu pasti suka. Ada sate ikan, udang, dan cumi-cumi,” pamer Runi.
“Ada makanan lezat apa ini?” tanya Pak Heru yang baru tiba. Di belakangnya ada Datuk yang berjalan dengan tongkat.
“Ayo kita makan malam,” ajak Datuk.
Nyam nyam nyam… Mereka semua makan dengan lahap. Kali ini porsi makan Rudi tak kalah dengan Runi. Sate buatan Runi ternyata lezat sekali. Makanan mereka bertambah nikmat karena sup ikan yang masih mengepulkan asap panas.
“Nah, sekarang waktunya kita nikmati sate terakhir,” kata Bu Dini sambil menuju ke lemari es.
“Sate terakhir?” tanya Runi dan Rudi serempak.
“Ini satenyaaaa!” seru Bu Dini sambil mengeluarkan piring ceper. Di atas piring itu ada sate buah-buahan. Buah pepaya, mangga, dan semangka yang sudah dipotong-potong ditusuk dengan tusuk sate.
“Wah, ternyata sate yang enak tidak hanya sate taican!” seru Rudi.
Semua tertawa mendengar seruan Rudi. Mereka semua bergembira sambil memakan sate buah-buahan. Rudi senang sekali karena keluarganya memikirkan dia yang suka makan sate. Rudi akan selalu mengingat hari ini sebagai hari makan sate yang berkesan.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR