“A… apa maksudmu, Lin?” tanya Sati terbata-bata.
Lina tersenyum, “Maaf, ya, Sat, aku gak maksud bikin kamu takut,” ucapnya. “Tapi melihat reaksi kamu saat melihat kendi maling ini, aku jadi yakin, kamu yang mengambil uang Cika,” lanjutnya.
“Apa maksudmu, Lin?” ulang Sati. Otaknya serasa lumpuh. Tidak bisa menyusun kalimat lain.
“Pertama, Cika bilang, hari itu ia tidak masuk sekolah lewat gerbang depan, melainkan gerbang belakang. Kok, bisa dompetnya terjatuh di dekat gerbang depan?” ujar Lina. Sati semakin berkeringat.
“Lalu, di dompet Cika ada noda tinta biru. Setahu Cika, noda itu tidak ada sebelumnya. Dan hari itu, adalah hari pena birumu bocor dan mengenai tanganmu. Tinta itu bisa saja tercetak di dompet Cika saat kamu mengambil uang. Tanganmu pasti keringatan karena gugup, kan?” tambah Lina, membuat Sati semakin berkeringat dingin. Saat itu pun, tangannya berkeringat.
“Ditambah lagi, keesokan harinya, kamu melunasi pembayaran darmawisata. Padahal kamu sempat bilang tampaknya tidak bisa ikut karena tidak ada dana. Tapi, wajahmu saat melihat kendi malinglah yang membuatku yakin.” kata Lina menutup penjelasannya.
“Ja… jadi… kamu yang menaruh kendi maling itu di kursiku di ruang makan, di bus, di samping tasku di pantai, di…”
“Iya, itu aku semua. Aku mau memastikan reaksimu. Kamu selalu tampak takut dan bersalah,” sahut Lina tanpa membiarkan Sati menyelesaikan kalimatnya. Sati menunduk semakin dalam.
“Mengaku sajalah, Sat. Cika anak orang kaya, moga-moga dia tidak terlalu marah uangnya hilang. Tapi setidaknya kamu harus minta maaf kepadanya. Cika, kan, baik. Moga-moga dia mau memaafkan,” tangan Lina merangkul bahu Sati yang semakin lesu. Sati pun mengangguk. Lina berjanji akan menemani Sati mengaku. Berdua mereka beranjak ke kamar Cika.
“Klotak!” Perlahan kendi maling di dalam koper Sati bergulir keluar. Lalu menghilang di bawah kolong tempat tidurnya. Lina pasti kaget kalau melihat kendi maling itu di koper Sati. Soalnya, dia tidak memasukkannya ke situ.
Koper Sati, kan, terkunci. Sepintar-pintarnya Lina bisa memecahkan kasus uang hilang, ia tidak akan bisa memasukkan kendi ke dalam koper terkunci, bukan?
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Pradikha Bestari.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR