Paman Kikuk dan Husin berlibur ke Kota Budaya. Mereka menginap di hotel. “Kita beli oleh-oleh khas kota ini, yuk!” ajak Paman Kikuk. Husin setuju. Mereka pun keluar dari hotel.
KUSSUSANI
Hemat Seribu
“Becak, Pak!” Di depan hotel, seorang tukang becak menawarkan becaknya. Paman Kikuk menggeleng.
“Kita naik angkot saja ya, Sin… ongkosnya lebih murah!” bisik Paman Kikuk.
KUSSUSANI
Hemat Seribu
“Ke toko oleh-oleh cuma delapan ribu, Pak!” tukang becak menawarkan dengan wajah memelas.
Paman Kikuk kembali menggeleng. “Huh, naik angkot berdua cuma empat ribu!” gerutu Paman Kikuk.
KUSSUSANI
Hemat Seribu
Tukang becak itu terus mengikuti mereka dari belakang. “Ya sudah, enam ribu saja, deh!“ Paman Kikuk tetap ngotot naik angkot.
“Lima ribu tak apalah!” kata tukang becak itu akhirnya.
KUSSUSANI
Hemat Seribu
“Kasihan dia, Paman…” kata Husin. “Ah, naik angkot empat ribu, kita bisa hemat seribu!” jawab Paman kikuk sambil menyetop angkot.
Paman Kikuk dan Husin pun masuk ke dalam angkot.
KUSSUSANI
Hemat Seribu
Rupanya, angkot itu tidak melewati toko yang mereka tuju. “Ooo, sedang ada perbaikan jalan, Pak.
Semua angkot dialihkan lewat sini! Lebih baik naik becak saja,” saran supir angkot.
KUSSUSANI
Hemat Seribu
Paman Kikuk dan Husin pun turun dari angkot. Mereka naik angkot ke arah sebaliknya, kembali ke tempat semula.
Tukang becak tersenyum melihat mereka.
KUSSUSANI
Hemat Seribu
“Hihihi… gara-gara ingin hemat seribu, kita malah rugi delapan ribu!” ledek Husin. Paman Kikuk menggerutu.
Dia harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membayar ongkos angkot bolak-balik dan ongkos becak.
(Cerita : Dwi/ Ilustrasi: Sabariman R.)
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
10 Ciri Utama Cerita Pendek, Materi Kelas 4 SD Kurikulum Merdeka
KOMENTAR