Beberapa menit kemudian, terdengar bunyi gelombang besar datang. Gelombang itu menyapu roda pemintal dari tepi danau. Di saat itu, kepala Hans kembali keluar dari dalam kolam. Kali ini, seluruh tubuhnya muncul di permukaan air. Bahkan kakinya bisa melangkah ke tepi danau, dan tangannya meraih leher istrinya.
Akan tetapi, tiba-tiba muncul gelombang yang sangat besar sehingga air danau meluap bagai banjir sampai ke tepi danau, tempat Berta dan Hans berdiri. Air banjir itu lalu menyeret Hans, namun Berta memeluk suaminya sekuat-kuatnya. Akhirnya, mereka berdua mulai terseret masuk ke dalam danau.
“Nek Traumiii…. Tolooong… Aku tak mau berpisah dengan suamiku…“ teriak Berta dalam keputusasaan.
Di saat itu juga, sihir Nek Traumi terjadi pada pasangan itu. Keduanya berubah menjadi sepasang kodok.
Sayangnya, Berta dan Hans tetap tak bisa bersama. Air banjir itu memisahkan mereka. Kodok Berta dan kodok Hans terbawa air banjir ke desa yang berbeda.
Ketika banjir reda, kodok Berta dan kodok Hans kembali ke wujud semula sebagai manusia. Sayangnya, mereka samasekali tidak ingat, apa yang terjadi pada diri mereka. Mereka juga tidak ingat satu sama lainnya.
Mereka lalu memulai kehidupan mereka lagi dari awal. Hans memutuskan untuk menjadi penggembala domba. Berta pun melakukan hal yang sama. Mereka menggembalakan domba masing-masing di desa yang berbeda. Keduanya hidup kesepian dan dalam kesedihan selama bertahun-tahun.
Suatu ketika, Hans memutuskan untuk pindah ke desa lain. Ia menggiring domba-dombanya dan sampai di padang rumput sebuah desa. Hans merasa tempat itu menyenangkan, karena rumput-rumputnya hijau dan tebal. Sungguh cocok untuk ternaknya.
Ternyata, itu adalah desa tempat Berta tinggal. Hans dan Berta bertemu di padang rumput itu. Mereka mulai berteman, namun tidak saling kenal.
Pada suatu malam bulan purnama, di langit tampak bulan bersinar penuh. Hans dan Berta duduk bersama menyaksikan ternak mereka merumput. Hans mengeluarkan serulingnya, lalu memainkan lagu dengan merdu.
Berta mendengarkan bunyi seruling itu, dan tiba-tiba ingatannya mulai kembali. Ia teringat pada kejadian di masa lalu. Ia pernah memainkan seruling emas di tepi danau di saat bulan purnama. Berta menjadi sangat sedih menangis tersedu-sedu.
Hans terkejut melihat teman gembalanya yang menangis. Ia berhenti bermain seruling dan mendekati Berta.
“Mengapa kau menangis, teman…” tanya Hans lembut.
Sambil terus menangis, Berta menceritakan segala yang diingatnya. Tentang Hans, suaminya, yang bertahun-tahun lalu diculik oleh peri penghuni danau. Seketika itu juga, airmata menetes dari mata Hans.
“Kau Berta, istriku…” kata Hans, yang kini mengenali Berta.
Keduanya sangat bahagia karena bisa bertemu kembali. Mereka lalu kembali ke rumah mereka sendiri, dan hidup dengan bahagia selamanya.
Tamat
Teks: L. Olivia
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR