Pertapa itu lalu membuka surat itu dan membaca isinya,
“Adikku, setiap hari, pemuda ini datang dan memotong rumput-rumput liar di rawaku. Semakin hari, rumput-rumput liar semakin pendek, sehingga aku semakin sulit untuk bersembunyi dan mencari mangsa manusia. Aku sangat ingin menangkap dan memakan pemuda ini. Tapi bila aku melakukannya, orang-orang desa akan sadar kalau ada siluman rawa yang menghuni rawa Nushi. Mereka bisa berdatangan ke rawa dan menangkapku. Jadi, lebih baik kukirim pemuda ini ke rawamu yang sepi, supaya kau dapat memakannya.”
“Hmm, rupanya wanita ini siluman rawa yang suka memangsa manusia. Sepertinya kita harus merubah isi surat ini,” kata pertapa tua itu. Ia lalu mengambil sehelai kertas, tinta, dan kuas dari tasnya, lalu menulis sehelai surat baru,
“Adikku, setiap hari, pemuda ini datang dan memotong rumput-rumput liar di rawaku. Tentulah pemuda ini sangat baik hati dan harus diberikan suatu penghargaan. Tolong berikan sesuatu padanya. Mungkin, seekor kuda yang bisa mengeluarkan emas sangat tepat untuk diberikan pada orang sebaik dia.”
Pertapa itu memberikan surat baru itu kepada Magojiro, lalu melangkah pergi sambil tersenyum. Magojiro yang tidak terlalu pandai, tidak memerhatikan perkataan pertapa itu. Ia pun melanjutkan perjalanannya menuju rawa Taka.
Beberapa saat kemudian, Magojiro tiba di rawa Taka. Mogojiro menepuk tangannya tiga kali, seperti pesan wanita di rawa Nushi. Tiba-tiba, muncullah seorang gadis cantik di hadapannya. Magojiro lalu memberikan surat kepada gadis itu.
Gadis dari rawa Taka itu membacanya, lalu menatap Magojiro dengan agak curiga. Namun akhirnya ia mengajak Mogojiro masuk ke dalam rawa itu.
“Hmm, maaf, sebaiknya aku langsung pergi saja. Sebab, aku tidak pernah menyelam ke dalam air,” kata Magojiro pada gadis itu.
Gadis itu tersenyum dan berkata, “Tenanglah, jangan takut. Kau naik saja ke punggungku dan pejamkan mata!”
Magojiro menuruti apa yang dikatakan gadis itu. Tak sampai satu menit, gadis itu berkata lagi, “Sekarang, bukalah matamu!”
Begitu Magojiro membuka matanya, ia betul-betul terkejut karena berada di ruangan megah yang penuh dengan benda-bernda indah dan berharga.
Selama tiga hari ia berada di kediaman gadis itu. Apapun makanan lezat yang diinginkan Magojiro, semuanya disediakan. Namun semua itu malah membuat Magojiro merindukan rumahnya sendiri yang sederhana. Ia meminta pada gadis itu untuk mengantarnya kembali ke permukaan danau.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR