Gadis itu mengikuti kemauan Magojiro. Setelah tiba di permukaan danau, gadis rawa Taka itu memberikan Magojiro seekor kuda, seperti yang tertulis di surat dari kakaknya. Ia juga berpesan, “Jika kau memberikan kuda ini semangkuk nasi setiap hari, maka ia akan mengeluarkan sebongkah emas dari mulutnya.”
Magojiro lalu menunggangi kuda itu dan memacunya menuju tempat ziarah. Dalam beberapa saat saja, ia sudah tiba di Kuil Ise. Ia lalu menunggangi kudanya lagi dan dalam sekejap sudah sampai ke dekat desanya. Ia berhasil menyusul warga desa lainnya yang telah berjalan beberapa hari sebelumnya.
Setiba di rumah, Magojiro mengikat kuda itu di dekat rumahnya. Setiap hari Magojiro memberikan semangkok nasi kepada kudanya itu. Dan seperti yang dikatakan wanita di rawa Taka, setiap kali kuda itu memakan semangkuk nasi, ia mengeluarkan sebongkah emas. Tentu saja dalam waktu yang singkat, Magojiro berhasil menjadi orang yang sangat kaya. Hidupnya tak pernah kekurangan lagi.
Nasib baik Magojiro tersebar sampai ke saudara-saudaranya. Salah satu saudara Magojiro yang serakah, penasaran bagaimana cara Magojiro menjadi kaya. Diam diam, ia pergi ke rumah Magojiro dan melihat seekor kuda cantik yang terikat di belakang rumah.
Karena baru saja makan nasi, kuda itu mengeluarkan bongkahan-bongkahan emas dari mulutnya. Saudara Magojiro terkejut melihatnya. Ia mengambil semangkuk nasi dari tas bekalnya, dan memberikannya pada kuda itu. Seketika, kuda itu kembali mengeluarkan bohongkah emas dari mulutnya.
“Rupanya, inilah rahasia Magojiro!” gumam saudara Magojiro.
Diam-diam, ia melepaskan kuda Magojiro dan membawanya pergi. Sesampai di rumah, saudara Magojiro langsung memberikan sebakul nasi yang sangat besar pada kuda itu. Ia berpikir, kuda itu pasti akan langsung mengeluarkan emas yang sangat banyak.
Kuda itu lalu memakan nasi itu dengan lahap. Namun, setelah menyantap habis semua nasi itu, tiba-tiba tubuh kuda itu bergetar. Ia meringkik sangat keras, hidung dan telinganya mengeluarkan asap. Ia lalu berlari sangat cepat, hingga kakinya tidak menyentuh tanah.
Kuda itu lalu terbang melesat, jauh ke perbatasan daerah Rikuchuu dan Arita. Kuda itu lalu menetap di sana. Oleh sebab itu, tempat itu sampai sekarang dinamakan Gunung Kuda.
Teks: Dok. Majalah Boo
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR