Sejak jutaan tahun yang lampau, planet Bumi kita setiap hari dihujani batuan meteor dan asteoroid.
Tersebar di Permukaan Bumi
Benda-benda antariksa tersebut volumenya bervariasi. Ada yang besar dan ada pula yang kecil. Saat meluncur memasuki atmosfer Bumi, batuan tersebut ada yang terbakar habis. Akan tetapi ada juga yang berhasil mendarat dan menabrak Bumi.
Ribuan atau bahkan jutaan batuan antariksa kini tersebar di permukaan Bumi dan terbenam di dalam lapisan tanah. Batuan antariksa itu sering disebut batu meteor. Kalau kamu menemukan batuan aneh, coba amati dulu. Siapa tahu, itu batu antariksa atau batu meteor.
Ciri-ciri Batu Meteor
Warna batu meteor berbeda dengan batu biasa. Warna batu meteor cenderung hitam kecokelatan karena terbakar saat memasuki atmosfer Bumi.
Batu meteor lebih berat dibanding batu biasa. Hal itu karena batu meteor 90 persen lebih mengandung besi dan sisanya magnet dan nikel.
Bentuk batu meteor tidak beraturanBerbeda dengan batuan biasa yang bentuknya cenderung loncong atau bulat. Permukaan cenderung rapuh karena mengalami pendinginan mendadak setelah mendarat di permukaan Bumi.
Harganya Mahal
Di kalangan kolektor, batu meteor dihargai sangat mahal, bisa puluhan sampai ratusan juta. Misalnya, sebuah serpihan batu dari Mars seberat 100 gram milik kolektor Jurvetson harganya 1,3 miliar rupiah lebih. Mereka menghargai sangat mahal karena batu meteor merupakan batuan yang langka dan berusia ratusan atau bahkan jutaan tahun.
Batu Meteor Raksasa
Selain dalam bentuk kerikil dan serpihan-serpihan kecil, batu meteor yang mendarat di Bumi ada juga yang berwujud besar dengan berat puluhan ton.
Batu meteor Bacuburito yang ditemukan di Meksiko beratnya mencapai 20 ton dengan panjang 5,25 meter.
Batu meteor El Chaco yang ditemukan di Peru beratnya 37 ton. Ketika ditemukan pada tahun 1969, batu meteor ini terpendam di tengah cekungan tanah sedalam 5 meter.
Batu meteor Hoba yang ditemukan di Namibia tak kalah hebat. Meteor ini beratnya 60 ton. Konon, batu meteor ini sudah mendarat di Bumi pada 80 ribu tahun yang lampau.
Sumber foto: Creative Commons
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR