Woli segera melangkah ke dekat kaki belakang anak kuda. Ia lalu memeriksanya. Ketika wajah Woli mendekat ke kaki kuda, anak kuda itu langsung menendang wajah si serigala. DHUK!
“AAA...” jerit Woli kaget dan kesakitan. Sementara, anak kuda itu telah melarikan diri.
Woli kembali kepada Sang Elang Tua. “Rajaku yang Agung, aku sangat kelaparan, aku benar-benar ingin menangis! Berikanlah sesuatu untuk kumakan. Anak kuda tadi menendang wajahku dan melarikan diri...“
“Mmmm... kalau begitu, lahaplah kambing gunung. Dia pasti ada di atas bukit batu,” perintah Sang Elang Tua.
Woli berterimakasih kepada Elang Tua, lalu segera lari menuju ke bukit batu dan memanjatnya. Di sana, ia bertemu kambing gunung.
“Hei, kambing gunung, aku akan menelanmu hidup-hidup!” teriak Woli.
“Mengapa engkau sangat ingin menelanku?”
“Raja memerintahkanku untuk memakanmu!”
“Kalau itu memang perintah Raja, baiklah, aku akan menurut. Bagian mana yang ingin kau telan lebih dulu? Mulai dari kepala, atau dari ekor?” tanya kambing gunung.
“Aku tidak peduli. Menurutmu, dari mana aku harus mulai?”
“Lebih baik kau memulai dari kepalaku. Sekarang, berdirilah tepat di depanku. Lalu buka mulutmu. Aku akan segera masuk ke dalam mulutmu!” ujar kambing gunung.
Woli lalu berdiri tepat di depan kambing gunung dan membuka mulutnya. Kambing gunung itu mengambil ancang-ancang, lalu berlari dengan sangat kencang ke arah woli. DHUKK! Ia menyeruduk Woli dengan tanduknya. Woli terpental dan jatuh menggelinding dari bukit.
Source | : | (Dok. Majalah Bobo/Fabel) |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR