Karena terjatuh dari atas, Woli pingsan. Ketika ia sadar, si kambing gunung sudah berlari jauh. Woli akhirnya kembali menghadap Sang Elang Tua dan mengadu.
“Rajaku yang Mulia, aku sangat sangat kelaparan! Tolong, berikanlah aku sedikit makanan!”
“Tapi, aku sudah mengizinkanmu untuk memakan kambing gunung itu,” ujar Sang Elang Tua.”
“Tapi, kambing gunung itu licik! Ia mendorong aku dengan tanduknya, sampai aku jatuh dari atas bukit!”
“Baiklah! Kalau begitu, telanlah Pak Talor, penjahit yang tinggal di gubuk tepi hutan. Tapi, jangan kembali lagi kepadaku. Kalau kau kembali, aku akan memerintahkan Singa, kepala keamanan hutan ini, untuk memenjarakanmu!”
Woli sekali lagi berterimakasih kepada Sang Elang Tua. Ia pun berlari ke tepi hutan, menemui Pak Talor penjahit di gubuknya.
“Pak Talor, aku akan menelanmu bulat-bulat!” teriak Woli.
“Mengapa kau mau menelanku?” kata Pak Talor penjahit.
“Raja Elang Tua yang memerintahkanku.”
“Baiklah. Kalau begitu, mendekatlah, anjing pudel kecil. Coba telanlah aku!”
“Hey, aku bukan anjing pudel kecil. Aku serigala!” teriak Woli marah.
“Benarkah? Aku tidak tahu kalau kau seekor serigala. Ukuran tubuhmu sangat kecil sebagai seekor serigala. Coba lebih mendekat lagi. Pandanganku rabun. Aku ingin lihat, kau serigala atau anjing pudel kecil!” ujar Pak Talor.
Source | : | (Dok. Majalah Bobo/Fabel) |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR