Setiap ibu pasti akan menyayangi anaknya. Begitu juga dengan induk binatang. Tetapi cara angsa batu berkaki biru ini bertelur dan merawat anaknya berbeda dari unggas lain. Yuk, kita lihat!
Angsa batu berkaki biru atau blue footed booby adalah burung laut asli daerah subtropis dan tropis dari Samudera Pasifik. Burung yang bernama Latin Sula nebouxii ini mudah dikenali karena kakinya yang berwarna biru mencolok.
Dalam setiap periode, angsa betina bertelur sebanyak 2 – 3 butir. Berbeda dengan unggas lainnya, setelah bertelur satu butir, induk angsa akan mengerami telur itu selama beberapa hari. Lalu ia bertelur lagi dan mengerami 2 butir telur itu bersama-sama. Begitu yang dilakukan angsa betina pada telur berikutnya.
Selanjutnya telur akan dierami lagi sampai menetas. Telur akan menetas setelah dierami selama 41- 45 hari. Telur yang menetas lebih dulu tentu saja telur yang keluar duluan. Beberapa hari kemudian baru telur berikutnya menetas. Cara menetas tidak sekaligus seperti ini disebut penetasan tak tersinkronisasi.
Kakak Tidak Menyukai Adik
Anak-anak angsa itu diberi makan dengan cara disuapi muntahan ikan yang telah dimakan induknya. Anak angsa tertua seringkali menyerobot makanan yang akan disuapkan ke adiknya, sehingga adiknya tidak mendapat makanan. Memang badan si kakak jauh lebih besar dari badan adiknya. Sehingga adiknya kalah gesit.
Bukan hanya itu kejahatan si kakak pada adiknya. Bila sedang kekurangan makanan, si kakak akan berusaha menyingkirkan adik-adiknya. Dia dorong adiknya keluar dari sarang. Kadang-kadang sambil mematuknya hingga adiknya mati. Melihat kelakuan anaknya yang tertua seperti itu, induk angsa diam saja.
Mengapa Melakukan Penetasan Tak Tersinkronisasi
Menurut ahli burung, inilah alasan angsa batu berkaki biru melakukan penetasan tak tersinkronisasi.
Foto: Creative Commons
Penulis | : | Aan Madrus |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR