“Bener, ya…” bisik sosok putih yang pertama.
“Iya! Janji!” sahut Nico.
“Kalau sudah hilang, bagaimana?” tanya sosok putih di dekat pintu.
“Nan… nanti aku belikan yang ba…baru pakai uang jajanku, tolooong… jangan ganggu aku,” jawab Nico terbata-bata.
“Baiklah!” kata sosok putih pertama dengan riang.
“Kamu enggak boleh lupa lo, Nico!” kata sosok putih kedua sambil melepas alis lebatnya.
Lo? Ternyata sosok putih itu Sonya. Nico menoleh ke sosok putih pertama yang juga melepas alis lebat dan gaun putihnya. Ternyata itu Arga. Di tangannya tampak kipas angin mini yang tadi dinyalakannya di belakang tengkuk Nico.
“Ya ampun, kalian! Bikin aku takut saja! Kalian sengaja, ya?” tukas Nico kesal.
“Iya, habis kamu suka lupa mengembalikan barang pinjaman, sih,” sahut Arga.
“Eh, kamu enggak boleh lupa janjimu, lo! Kembalikan barang-barang itu!” kata Sonya dengan nada tegas.
“Iya, iya…” sahut Nico ogah-ogahan.
“Benar ya, jangan lupa,” tiba-tiba muncul sesosok putih beralis tebal di depan mereka bertiga. Ssrr… angin dingin bertiup. Padahal kipas angin mini Arga dalam keadaan mati.
“Huaaa!!!!” jerit Nico, Sonya, dan Arga serempak.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Pradikha Bestari.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR