Fosil-fosil hewan purba dan manusia purba terkubur di dalam tanah. Tidak mudah, lo, untuk menemukannya. Lalu, bagaimana cara ahli paleontologi menemukan fosil yang masih terkubur, ya?
Tahu Keadaan Alam
Saat ahli paleontologi akan melacak fosil, ia harus tahu dulu keadaan alam di daerah tempat fosil diduga berada. Caranya, membaca buku-buku dan mencari informasi dari masyarakat setempat.
Di daerah tempat fosil berada, ahli paleontologi mencari fosil di permukaan tanah. Jika ada, maka ia melakukan penggalian. Alat-alat yang digunakan, yaitu palu, kompas, lup, pisau, kuas, sekop, cangkul, alat cungkil, dan sebagainya.
Mengambil dan Membawa Fosil dengan Sangat Hati-hati
Fosil diambil dengan sangat hati-hati. Jika fosil rapuh, fosil dibungkus atau dibalut dengan gips. Jika fosil patah, pecah, atau rusak, maka disusun kembali seperti semula dengan lem atau perekat. Setelah itu, fosil dibawa ke laboratorium untuk diteliti.
Meneliti Fosil
Di laboratorium, fosil dibersihkan dari tanah yang menutupinya. Fosil lalu diteliti, misalnya ukuran, warna, berat, dan lainnya.
Setelah diteliti, fosil disimpan dan dirawat. Bahkan, dibuatkan duplikat atau tiruannya. Jika fosil asli rusak, maka masih ada duplikatnya. Kadang, fosil yang telah diteliti, diteliti kembali karena adanya teknologi baru yang lebih canggih.
Dari sebuah fosil, ahli paleontologi dapat mengetahui jenis hewan atau tumbuhan, umur, asal usul, lingkungan, iklim, dan sebagainya, saat fosil itu masih hidup. Ahli paleontologi pun bisa tahu tentang sejarah kehidupan suatu wilayah, perkembangan alam suatu wilayah, dan lainnya.
Teks: Lita/Iveta
Penulis | : | Dok Grid |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR