Pagi yang cerah di hari Minggu. Lala sedang bercermin mencoba baju bermotif putih yang akan digunakan untuk tampil lomba menyanyi hari ini.
“Bagus, ya, Ma, bajunya,” kata Lala dengan wajah begitu senang. Mama mengangguk dan tersenyum.
Ini bukan pertama kalinya Lala ikut lomba menyanyi. Namun, tetap masih ada rasa gugup dalam dirinya. Tahun lalu, ia pernah ikut lomba yang sama, tetapi tidak masuk 3 besar. Lala berharap pada lomba kali ini, ia bisa masuk 3 besar.
Lala berangkat bersama Mama menuju tempat perlombaan.
Walaupun gugup, Lala tetap tersenyum dan menikmati suasana.
Sampai di dekat panggung, Lala bertemu dengan beberapa temannya.
“Wah, Dea ikut lomba Ma,” kata Lala.
“Eh? Iya. Kok, Dea ikut lagi ya?” tanya Mama heran.
“Memangnya kenapa, Ma?” tanya Lala.
“Oh iya, kan, umur Dea sudah lewat dari 7 tahun,” kata Lala lagi ketika teringat bahwa peraturan lomba ini
Lala melihat ke arah Mama. Walaupun curiga bahwa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi Mama tetap ingin Lala bersemangat dan tampil dengan baik.
“Pokoknya, Lala tetap percaya diri, ya. Lala sudah rajin latihan, pasti bisa tampil bagus!” kata Mama. Lala mengangguk.
Mama dan Lala pun berjalan menuju tempat pendaftaran ulang untuk mendapatkan nomor urut tampil. Lala mendapat nomor 52. Pesertanya memang banyak sekali.
Lala dan Mama berjalan menuju ruang tunggu. Di sana, Lala bermain dengan teman-temannya, sedangkan Mama duduk bersama ibu-ibu yang lain.
Tiba-tiba, Lala datang lagi. “Ma, ada Lulu dan Sarah. Hmmm, mereka juga lewat 7 tahun,” bisik Lala.
Mama pun juga heran.
“Ah, Lala. Lagi pula, kan, tidak diperiksa lagi saat pendaftaran, ehehehe,” kata seorang Ibu. Ternyata, bisikan Lala terlalu kencang. Ibu itu adalah Mama Dea.
“Pokoknya Lala tetap semangat, ya!” kata Mama.
Mama juga curiga ada yang tidak beres dalam lomba ini. Mama pun mendatangi panitia untuk menanyakan mengenai ketentuan usia peserta lomba.
“Maaf Bu, kami yang lalai memeriksa. Namun, sudah terlanjut dapat nomor urutan. Kasihan kalau anak-anak tidak jadi tampil,” kata panitia.
“Apa tidak ada kebijaksaan penilaian dari dewan juri?” kata Mama Lala.
“Kami akan usahakan, Bu,” kata panitia.
Mama pun kembali ke tempat duduk. Bagaimanapun Mama Lala sudah berusaha memberi tahu panitia tentang pelanggaran ketentuan lomba. Beberapa Ibu-ibu sempat membicarakan Mama Lala yang berani melapor, ada yang memuji, ada juga yang tidak suka, terutama yang melakukan kecurangan.
Saatnya Lala tampil. Ia maju ke atas panggung dengan percaya diri. Menyanyikan lagu Dear Dream, Lala tampil sangat baik. Mama sangat bangga dengan penampilan Lala. Penonton pun bertepuk tangan dan memuji. Bahkan banyak yang ingin berfoto dengan Lala ketika ia turun dari panggung.
“Lala, hebat sekali!” kata Mama.
“Makasi Ma, ini berkat latihan dengan Mama,” kata Lala sambil memeluk Mama. Ia sangat lega mendengar pujian dari Mama, ditambah pujian dari banyak penonton.
Semua peserta sudah tampil, dean juripun sudah selesai diskusi. Ini saatnya pengumuman pemenang. Lala duduk tegang, berharap ia akan jadi bagian dari 3 besar.
“Dan juaranya adalah …..”
Ternyata nama Lala tidak ada di tiga besar. Juara 1-nya Sarah, lalu Lulu, dan Dea.
Mama melihat Lala tampak sedih. Apalagi ia tahu bahwa ketiga anak itu sebenarnya tidak boleh ikut lomba ini karena umurnya sudah lebih dari ketentuan. Lala menangis sambil memeluk Mama. Ia sangat ingin membuat Mama bangga.
“Mama bangga, kok, sama Lala,” kata Mama memberi semangat.
Tak lama, seorang juri menghampiri mereka.
“Lala, kamu jagoan Kakak! Lihat nih, nilai Lala di urutan ke-4, kalau Lala semakin rajin latihan, pasti juara,” begitu katanya
Seketika Lala berhenti menangis. Ia menatap Mamanya. Mereka tersenyum bersama.
“Kalau begitu, Lala sebenarnya juara satu, ya, Ma?” kata Lala. Mama mengangguk sambil tersenyum.
“Tidak apa-apa kalah, yang penting kita jujur Lala,” kata Mama.
“Iya Ma, Lala senang. Lala juara satu walaupun tidak harus dipanggil ke atas panggung. Lala akan latihan terus,” kata Lala.
Mama memeluk Lala. Ia sangat bangga dengan sifat Lala yang pantang menyerah.
“Mama bangga sekali sama Lala!” kata Mama.
Mereka pun pulang dengan perasaan senang.
Sampai di rumah, tiba-tiba Mama mendapatkan telepon dari seorang Ibu.
"Bu, apakah tadi melihat handphone milik Sarah?" tanya Ibu itu.
"Wah, tidak Bu. Kenapa Bu?" tanya Mama bingung.
"Ya ampun, handphone Sarah hilang Bu," kata Ibu itu sangat panik.
"Ya ampun, semoga cepat ketemu, ya, Bu," jawab Ibu.
Telepon pun ditutup.
"Siapa Ma?" tanya Lala.
"Ibunya Sarah, katanya handphone Sarah hilang," jawab Mama.
"Wah? Sarah yang dapat juara 1 tadi? Kasihan sekali," kata Lala.
"Iya, semoga cepat ketemu," jawab Mama.
"Mungkinkah karena ia curang, Ma?" tanya Lala.
"Hmm... ntahlah, Tuhan yang tahu," jawab Mama sambil tersenyum.
Mereka pun melanjutkan perjalanan pulang.
Teks: Putri Puspita | Bobo.ID
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR