Bangladesh adalah salah satu negara di dunia yang paling rentan terkena banjir, badai, dan terkena dampak dari kenaikan permukaan air laut. Jika ada kejadian cuaca ekstrem setiap tahunnya, maka dapat menggenangi banyak rumah, sekolah, dan bangunan lainnya. Nah, sebuah perusahaan arsitektur menemukan solusi untuk permasalahan ini. Yuk, kita lihat apa yang dibuat oleh perusahaan tersebut!
Lima Unit Struktur City App
Perusahaan arsitektur ini bernama Waterstudio yang bertempat di Amsterdam. Mereka mencoba menangani permasalahan di Bangladesh tadi dengan membuat struktur terapung yang dapat menahan badai.
Waterstudio akan membuat lima unit struktur yang dinamakan City App. Struktur ini nantinya akan ditempatkan di Dhaka, Bangladesh pada akhir November. Lima City App akan segera dimunculkan pertama kali di komunitas Korail. Ini adalah sebuah komunitas untuk orang-orang yang berpenghasilan rendah di Dhaka, Bangladesh. Kelima struktur yang akan ditampilkan tersebut bersifat portabel atau bisa dipindahkan dengan mudah ke lingkungan yang berbeda.
City App yang Banyak Fungsinya
City App tersebut sifatnya banyak fungsi yang disesuaikan dengan beberapa jenis kegunaan. Misalnya untuk ruangan kelas, sistem penyaringan air, klinik medis, atau pun rumah.
Saat siang hari, satu struktur akan digunakan menjadi kelas yang dilengkapi dengan 20 tablet kerja serta dua layar untuk mengajar. Lalu malam harinya struktur tersebut dapat digunakan orang-orang untuk mengakses internet.
Empat unit struktur City App lainnya terdiri dari dapur komunitas, toilet umum, dan pancuran air yang listriknya berasal dari generator cadangan. Di bagian atapnya juga terdapat panel surya untuk membantu proses yang dibutuhkan di dalam unit.
Rancangan City App
Ke lima unit City App akan terapung menuju ke laut dan bergerak naik turun saat permukaan air naik guna menahan badai. Semuanya dirancang kedap udara untuk mengurangi risiko banjir. Setiap pondasi unit City App terbuat dari palet kayu, kawat, dan ribuan botol plastik daur ulang, yang memungkinkan unit struktur ini mengapung.
Sumber : Nationalgeographic.id/Citra Anastasia
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR