Para pendaki gunung rentan sekali terserang penyakit hipotermia. Penyakit ini tidak hanya terjadi di gunung-gunung es, tapi di wilayah tropis juga, seperti di Indonesia. Sebenarnya penyakit apakah ini?
Kesulitan Mengatasi Tekanan Suhu Dingin
Hipotermia adalah kondisi saat tubuh mengalami kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Hipotermia bisa terjadi jika suhu tubuh bagian dalam di bawah 35 derajat Celsius. Tubuh kita hanya mampu mengatur suhu normal, yaitu antara 36,5-37,5 derajat Celsius. Di luar suhu tersebut, tubuh akan otomatis menyesuaikan dengan cara menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.
Baca juga : Gunung Karang, Tempat Mendaki dan Berziarah
Ciri-ciri Penderita Hipotermia
Seseorang yang mengalami hipotermia ringan akan berbicara tanpa kendali, kulit berubah warna menjadi sedikit abu-abu, detak jantung melemah, dan tekanan darah menurun. Tidak hanya itu, otot tubuh pun akan mengalami kontraksi untuk menghasilkan panas.
Sedangkan penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi akan melemah hingga dalam satu menit kita hanya mampu bernapas sebanyak 3-4 kali.
Gejala Hipotermia
Penyakit ini diawali dengan gejala seperti kedinginan, badan gemetar menahan dingin bahkan sampai menggemeretakkan gigi karena sudah tidak kuat lagi menahan dingin. Apalagi jika tubuh penderita dalam keadaan basah, maka serangan hipotermua akan semakin cepat.
Beberapa jenis hipotermia, yaitu:
1. Accidental hypothermia, terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga 35°c.
2. Primary accidental hypothermia, merupakan hasil dari paparan udara dingin secara langsung pada orang yang sebelumnya sehat.
3. Secondary accidental hypothermia, merupakan gambungan semua gangguan tubuh yang serius. Ini kebanyakan terjadi di musim dingin (salju).
Baca juga : 5 Fakta Gunung Tambora yang Menakjubkan
Puncak dari Penyakit Hipotermia
Biasanya penderita akan merasa kedinginan dan merasakan kepananan hingga melepaskan pakaiannya, tapi tetap saja merasa kepanasan. Penyakit ini juga menyerang saraf, itu kenapa penderita malah tidak merasa bahwa sebenarnya ia sedang terserang hipotermia atau hilang kesadaran sehingga mudah berhalusinasi. Jika sudah berhalusinasi, maka akan sangat berbahaya karena akan melihat bermacam-macam hal dan akan mengejar apa yang dilihatnya tanpa menghiraukan apapun yang ada di hadapannya.
Tindakan-Tindakan Pencegahan Penyakit Hipotermia
Apabila kita melakukan kegiatan di luar ruangan seperti berkemah atau mendaki gunung saat musim hujan, jangan lupa untuk menggunakan pakaian hangat yang tebal, menggunakan sepatu gunungm sarung tangan, membawa pakaian ganti, dan jangan lupa membawa jas hujan.
Selain itu, bawalah makanan yang dapat dengan cepat dibakar menjadi kalori, seperti gula jawa, cokelat, dan lainnya. Saat dalam perjalanan juga perbanyak mengunyah camilan untuk menggantikan energi yang hilang. Jika sudah merasa tidak sanggup, beristirahatlah sejenak dan beritahu kepada teman.
Bantuan Pertama Pengobatan Hipotermia
Jika melihat teman yang terserang hipotermia, pertama kali yang perlu kita lakukan adalah menanganinya dengan lembut. Jangan memijat atau menggosok orang itu karena adanya gerakan yang berlebihan dan kuat bisa memicu serangan jantung.
Kedua, jika baju atau pakainnya basah, segera ganti pakaiannya dengan yang kering. Hindari gerakan yang berlebihan. Jika perlu, kita boleh memotong pakaian tersebut pada saat ingin membukakannya. Agar tidak terjadi gerakan yang berlebihan.
Ketiga, jika pernapasan seseorang rendah atau telah berhenti, kita bisa segera melakukan resusitasi cardiopulmonary (CPR).
Keempat, kita dapat menutup badan penderita dengan selimut dan memberinya minuman hangat yang tidak mengandung kafein, untuk membantu menghangatkan tubuhnya.
Kelima, jangan menggunakan air panas, bantal pemanas, atau lampu pemanas untuk menghangat penderita. Panas yang terlalu ekstrim bisa merusak kulit bahkan bisa menyebabkan detak jantungnya tidak teratur dan berhenti.
Sumber : nationalgeographic.id/ Nurul Kusumawardani
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR