"Saya cepat-cepat datang, dengan harapan bisa mencegah hal ini terjadi…” ujar Sherlock dengan suara pelan dan sedih.
"Kalau begitu, Anda pasti punya petunjuk penting. Kami samasekali belum mendapat petunjuk. Pasangan suami istri ini dikenal sebagai pasangan yang saling mencintai dan bahagia. Tidak mungkin mereka saling melukai…"
"Saya hanya punya petunjuk gambar orang-orang menari," kata Holmes. "Masalah ini nanti akan saya jelaskan. Sayang sekali, kejadian sedih ini terlambat untuk dicegah. Saya harus menggunakan pengetahuan saya untuk menemukan pelaku kejahatan ini. Nah, Pak Inspektur, apakah kita akan bekerja sama dalam penyelidikan ini? Atau, saya harus bekerja sendiri?” tanya Holmes masih dengan wajah sedih.
"Saya bangga kalau bisa bekerja sama dengan Anda, Pak Holmes,” kata Pak Inspektur Martin sungguh-sungguh.
"Kalau begitu, saya ingin segera memeriksa tempat ini dan menanyai para saksi,” kata Holmes lagi.
Inspektur Martin ternyata sangat pengertian. Ia mengijinkan Holmes melakukan penyelidikan sendiri. Tampak Holmes mencatat dengan teliti temuan-temuannya.
Dokter bedah setempat, seorang pria berambut putih, tampak turun dari kamar Bu Hilton Cubitt. Ia melaporkan bahwa Bu Cubbit sudah sadar dari pingsannya. Namun ia sangat terguncang dan belum bisa bicara. Bu Cubbit hanya terdiam dengan pandangan mata kosong.
Cedera di kepala Pak Cubbit untuk sementara sudah diobati. Namun Pak Cubbit akan segera dibawa ke rumah sakit karena cederanya cukup parah. Kemungkinan ia menderita koma. Tidak sadarkan diri dalam waktu yang entah sampai kapan. Pertanyaan, apakah mereka berdua bertengkar? Apakah mereka saling memukul?
"Apakah Pak Cubbit dan bu Cubbit dipindahkan ke kamar?" tanya Holmes.
"Ya, mereka ditemukan tergeletak di ruang kerja. Para pembantu memindahkan mereka ke kamar karena tidak tega melihat mereka tergeletak di lantai."
"Dan Anda menyentuh sesuatu di ruang kerja itu?"
"Saya tidak memindahkan benda apapun. Saya juga tidak menyentuh apapun."
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR