Kedua anak pertamanya langsung mencoba baju-baju yang diberikan oleh ayahnya di depan cermin sambil menertawakan Isveta yang meminta oleh-oleh yang aneh. Tetapi Isveta tidak peduli. Ia berjalan menuju gazebo kayu di halaman rumahnya. Ia melempar bulu burung itu ke udara sambil tertawa senang. Ia membayangkan akan ada pangeran tampan muncul di depannya. Dan…
TRING! Tak disangka. Bulu sayap burung itu berubah menjadi seekor burung falcon besar. Falcon itu lalu berubah lagi, menjadi seorang pemuda yang tampan. Isveta sangat terkejut dan gembira. Keduanya berkenalan, lalu mulai bercakap menceritakan pengalaman hidup masing-masing. Pemuda tampan itu bernama Igor.
Sesaat sebelum fajar, Igor berpamitan untuk pergi. Ia berjanji akan kembali lagi di malam hari. Ia lalu berubah menjadi falcon, dan terbang pergi meninggalkan Isveta.
Begitulah, burung falcon itu hampir setiap hari bertemu Isveta, dan ia berubah menjadi pemuda tampan. Lalu kembali berubah menjadi burung falcon saat menjelang fajar.
Lama kelamaan, kedua kakaknya tahu kalau Isveta sering bertemu diam-diam dengan burung falcon jelmaan pemuda tampan. Maka mereka menceritakan segalanya kepada ayah mereka. Namun Pak Terenin berkata kepada mereka, “Isveta meminta bulu sayap burung falcon. Tak masalah kan, kalau dia memiliki sahabat pangeran jelmaan burung falcon. Kalian berdua meminta gaun dan perhiasan, dan itulah yang kalian miliki…”
Kedua kakak itu iri kepada Isveta. Mereka lalu membuat sebuah jebakan. Mereka meletakkan pecahan kaca di jendela kamar Isveta, dan memberi Isveta ramuan tidur. Pada malamnya, falcon mencari Isveta di gazebo. Namun karena Isveta tidak ada, falcon itu terbang ke jendela kamar Isveta. Saat mengetuk jendela Isveta, ia terkena jebakan pecahan kaca dan melukai tubuhnya. Sementara Isveta masih tetap tertidur.
Akhirnya falcon itu berkata kencang-kencang, “Isvetaaaa, kalau kau butuh aku, kau akan menemukanku. Tetapi tempat tinggalku sangat jauh dan perjalanannya sangat sulit. Kau butuh sepatu besi, tongkat besi untuk membantu berjalan, dan topi besi untuk menahan dingin dan panas. Benda-benda itu akan rusak di tengah jalan. Setelah tiga kali berganti, barulah kau bisa menemukanku.”
Sementara itu, Isveta sudah mulai terbangun dari tidurnya dan samar-samar mendengar perkataan Falcon itu. Ia berdiri terhuyung ke arah jendela, dan membuka jendelanya. Sayangnya falcon itu sudah terbang pergi. Ia pun menangis.
Isveta teringat kata-kata burung falcon sahabatnya itu. Maka ia lalu memesan tiga pasang sepatu besi, tiga tongkat besi, dan tiga topi besi untuk ia pakai di perjalanan. Setelah itu ia mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya. Tadinya, Pak Terenin tak mengijinkan putri bungsunya pergi. Namun Isveta tak dapat ditahan lagi.
Isveta pun memulai petualangannya. Perjalanannya sangat berat sampai sepatu, tongkat dan topi besi pertamanya patah dan rusak. Ia kini memakai sepatu, tongkat dan topi besi keduanya. Ketika ia sampai di sebuah hutan, ia menemukan sebuah pondok kecil. Ia masuk ke dalam pondok itu dan melihat seorang kakek tua yang sedang duduk di sebuah perapian.
“Apa yang membuat kamu sampai di sini, hai gadis. Aku sudah duduk di tempat ini selama puluhan tahun, dan tidak pernah melihat seorang pun datang ke sini.”
“Aku sedang mencari sahabatku, seekor burung falcon, Kakek,” jawab Isveta.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR