Di sebuah jalan di kota Saints Petersburg, hiduplah seorang pedagang kaya bernama Pak Terenin. Ia memiliki 3 orang anak. Anak pertama dan kedua sangat cantik, tetapi sombong. Anak bungsunya bernama Isveta. Sifatnya agak berbeda. Walau cantik, ia sederhana dan pekerja keras.
Suatu hari, Pak Terenin bersiap-siap untuk pergi berdagang. Ia bertanya kepada ketiga anak perempuannya. “Ayah akan pergi sebentar lagi. Oleh-oleh apa yang kalian inginkan?”
Anak pertama dan kedua meminta oleh-oleh baju yang mahal, sepatu, dan perhiasan. Isveta meminta sesuatu yang berbeda. “Ayah, tolong bawakan aku bulu sayap burung falcon yang berkilau.”
Pak Terenin kaget mendengar permintaan yang aneh itu. Namun ia teringat, Isveta suka pada kisah legenda. Salah satu legenda yang disukai Isveta adalah legenda tentang burung falcon yang sering diceritakan penduduk kota Saints Petersburg. Konon, ada seorang pangeran tampan yang disihir menjadi burung falcon. Maka, Pak Terenin berjanji akan mengabulkan permintaan Isveta, seperti juga permintaan kedua kakaknya.
Pak Terenin lalu pergi untuk berdagang ke beberapa kota. Beberapa hari kemudian, ia sudah dalam perjalanan pulang. Ia telah membeli oleh-oleh yang diminta oleh kedua kakak Isveta. Namun ia belum menemukan bulu seekor falcon yang berkilau yang diminta oleh Isveta.
Sesaat sebelum ia memasuki kota Saint Petersburg, ia bertemu seorang kakek yang sudah bungkuk. Ia tak tahu nama kakek itu, namun mereka selalu saling menyapa jika berpapasan.
“Hey, Kakek! Semoga kau sehat hari ini!” sapanya.
“Salam sejahtera juga untukmmu, saudagar Terenin! Kau sudah pulang dengan selamat, tetapi kau tampak sedih…” kata kakek itu.
“Itu betul, Kek. Putri bungsuku, Isveta meminta oleh-oleh sehelai bulu sayap burung falcon yang berkilau. Tetapi aku tidak menemukannya dimana pun.”
Si kakek tua itu mengangguk dan berkata, “Aku punya sehelai bulu sayap burung falcon yang sangat langka. Dan itu bukan untuk dijual. Aku akan memberikan bulu itu sebagai hadiah untukmu, karena kau adalah orang yang baik.” Kakek itu lalu membelikan sehelai bulu sayap burung falcon pada Pak Terenin. Bulu itu berkilau indah.
Pak Terenin pulang dengan hati yang lega dan bahagia. Ia memberikan hadiah baju yang mahal, sepatu dan perhiasan kepada kedua anak pertamanya, dan memberikan bulu falcon yang berkilau itu kepada Isveta, si anak bungsu.
Kedua anak pertamanya langsung mencoba baju-baju yang diberikan oleh ayahnya di depan cermin sambil menertawakan Isveta yang meminta oleh-oleh yang aneh. Tetapi Isveta tidak peduli. Ia berjalan menuju gazebo kayu di halaman rumahnya. Ia melempar bulu burung itu ke udara sambil tertawa senang. Ia membayangkan akan ada pangeran tampan muncul di depannya. Dan…
TRING! Tak disangka. Bulu sayap burung itu berubah menjadi seekor burung falcon besar. Falcon itu lalu berubah lagi, menjadi seorang pemuda yang tampan. Isveta sangat terkejut dan gembira. Keduanya berkenalan, lalu mulai bercakap menceritakan pengalaman hidup masing-masing. Pemuda tampan itu bernama Igor.
Sesaat sebelum fajar, Igor berpamitan untuk pergi. Ia berjanji akan kembali lagi di malam hari. Ia lalu berubah menjadi falcon, dan terbang pergi meninggalkan Isveta.
Begitulah, burung falcon itu hampir setiap hari bertemu Isveta, dan ia berubah menjadi pemuda tampan. Lalu kembali berubah menjadi burung falcon saat menjelang fajar.
Lama kelamaan, kedua kakaknya tahu kalau Isveta sering bertemu diam-diam dengan burung falcon jelmaan pemuda tampan. Maka mereka menceritakan segalanya kepada ayah mereka. Namun Pak Terenin berkata kepada mereka, “Isveta meminta bulu sayap burung falcon. Tak masalah kan, kalau dia memiliki sahabat pangeran jelmaan burung falcon. Kalian berdua meminta gaun dan perhiasan, dan itulah yang kalian miliki…”
Kedua kakak itu iri kepada Isveta. Mereka lalu membuat sebuah jebakan. Mereka meletakkan pecahan kaca di jendela kamar Isveta, dan memberi Isveta ramuan tidur. Pada malamnya, falcon mencari Isveta di gazebo. Namun karena Isveta tidak ada, falcon itu terbang ke jendela kamar Isveta. Saat mengetuk jendela Isveta, ia terkena jebakan pecahan kaca dan melukai tubuhnya. Sementara Isveta masih tetap tertidur.
Akhirnya falcon itu berkata kencang-kencang, “Isvetaaaa, kalau kau butuh aku, kau akan menemukanku. Tetapi tempat tinggalku sangat jauh dan perjalanannya sangat sulit. Kau butuh sepatu besi, tongkat besi untuk membantu berjalan, dan topi besi untuk menahan dingin dan panas. Benda-benda itu akan rusak di tengah jalan. Setelah tiga kali berganti, barulah kau bisa menemukanku.”
Sementara itu, Isveta sudah mulai terbangun dari tidurnya dan samar-samar mendengar perkataan Falcon itu. Ia berdiri terhuyung ke arah jendela, dan membuka jendelanya. Sayangnya falcon itu sudah terbang pergi. Ia pun menangis.
Isveta teringat kata-kata burung falcon sahabatnya itu. Maka ia lalu memesan tiga pasang sepatu besi, tiga tongkat besi, dan tiga topi besi untuk ia pakai di perjalanan. Setelah itu ia mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya. Tadinya, Pak Terenin tak mengijinkan putri bungsunya pergi. Namun Isveta tak dapat ditahan lagi.
Isveta pun memulai petualangannya. Perjalanannya sangat berat sampai sepatu, tongkat dan topi besi pertamanya patah dan rusak. Ia kini memakai sepatu, tongkat dan topi besi keduanya. Ketika ia sampai di sebuah hutan, ia menemukan sebuah pondok kecil. Ia masuk ke dalam pondok itu dan melihat seorang kakek tua yang sedang duduk di sebuah perapian.
“Apa yang membuat kamu sampai di sini, hai gadis. Aku sudah duduk di tempat ini selama puluhan tahun, dan tidak pernah melihat seorang pun datang ke sini.”
“Aku sedang mencari sahabatku, seekor burung falcon, Kakek,” jawab Isveta.
Kakek itu menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak pernah melihat burung falcon. Tetapi tunggulah di sini hingga pagi, gadis muda. Semua makhluk di hutan ini akan berkumpul saat fajar menyingsing, mungkin mereka akan membawakan kabar tentang falcon sahabatmu itu.”
Isveta pun tidur di pondok itu. Dan saat pagi datang, seperti yang dikatakan kakek itu, semua mahluk di hutan itu berkumpul. Para beruang, serigala, kijang, bahkan sampai semut datang berkumpul. Namun sayangnya, tidak ada seekor hewan pun yang pernah mendengar kabar tentang burung falcon itu.
“Maafkan aku, Isveta. Aku tidak bisa membantumu,” kata kakek itu. “Tapi aku akan memberikanmu sebuah hadiah. Bawalah nampan perak dan telur emas ini. Saat kamu meletakan telur di nampan ini, telur emas itu akan berputar dengan sendirinya. Kamu tidak boleh menjual nampan emas ini demi apapun, kecuali untuk menemukan burung falcon sahabatmu itu. Sekarang, seekor kijang akan menemanimu untuk keluar dari hutan ini, dan ia akan membantumu.”
Kijang itu lalu menuntun Isveta keluar dari hutan. Isveta mengikuti berjalan mengikuti gerakan matahari. Ia berjalan dan berjalan melewati daerah yang susah dilewati. Perjalanannya sangat berat sampai sepatu, tongkat dan topi besi keduanya patah dan rusak. Ia kini memakai sepatu, tongkat dan topi besi ketiganya. Itu adalah cadangan terakhir yang dimilikinya.
Isveta akhirnya tiba di tepi laut yang biru. Ia melihat sebuah pondok di pantai. Ia pun masuk ke dalam pondok itu, dan melihat seorang kakek berambut putih di perapian. Kakek itu berkata kepadanya, “Apa yang membuat kamu sampai di sini, gadis muda? Aku sudah seratus tahun di sini dan tidak pernah melihat seorang pun datang.”
Isveta pun menjawab lagi, “Aku sedang mencari sahabatku, burung falcon, Kakek.”
Kakek itu menggelengkan kepala, tidak pernah mendengar berita tentang burung falcon.
“Tunggu di sini sampai pagi. Semua mahluk laut akan berkumpul di dekat pantai. Mungkin di antara mereka ada yang tahu tentang sahabatmu itu.”
Isveta pun tinggal di pondok itu, dan seperti yang dikatakan kakek itu, semua mahluk laut berenang ke tepi pantai di pagi harinya. Ikan-ikan besar, ikan-ikan kecil, anjing laut, kuda laut, bahkan ikan teri pun berkumpul di situ. Namun tidak ada di antara mereka yang mendengar kabar tentang falcon itu.
Kakek itu lalu berkata, “Aku tidak bisa membantumu, tetapi aku akan memberikanmu hadiah.” Kemudian ia memberikan sebuah alat tenun dari emas, dengan roda perak. “Mesin tenun ini bisa menenun benang emas sendiri. Kamu tidak boleh menjualnya kepada siapapun, dengan alasan apapun, kecuali untuk bertemu dengan burung falcon sahabatmu itu. Lalu, paus ini akan membantumu menyeberang lautan ini. Di seberang lautan, kau harus berjalan dan mendaki gunung putih. Di sana ada pondok kakak tertuaku, mungkin ia bisa membantumu,” kata kakek itu.
Isveta pun menunggangi paus, dan menyebrangi lautan itu.
Isveta akhirnya sampai di seberang lautan. Ia lalu berjalan sampai ke gunung putih. Perjalanannya sangat berat sampai sepatu, tongkat dan topi besi ketiganya akhirnya juga rusak. Ia terus mendaki ke puncak gunung putih, dan melihat sebuah pondok kecil, dan memasukinya. Ada seorang kakek sangat tua menyapanya, “Salam untukmu, gadis muda. Apa yang membuatmu datang ke sini? Aku sudah duduk di tempat ini selama seribu tahun, dan tidak ada seorang pun yang datang.”
“Aku sedang mencari sahabatku, burung falcon,” jawab Isveta.
Sayangnya, bahkan si kakek yang paling tua itu pun tidak tahu tentang burung falcon.
“Tunggulah di sini hingga pagi hari. Semua burung akan berkumpul di sini dan mungkin di antara mereka ada yang mendengar kabar tentang sahabatmu itu.”
Di pagi hari, semua burung berkumpul di depan pondok itu. Burung falcon besar, falcon kecil, segala jenis burung berkumpul. Semua hewan yang terbang bahkan ngengat terkecil pun datang. Mereka tidak tahu apa-apa tentang burung falcon sahabat Isveta.
Tiba-tiba terdengar kepakan sayap, dan seekor burung falcon besar mendarat. “Falcon itu adalah kakakku, Igor. Ia sekarang terkurung di sebuah istana Kristal. Jaraknya sekitar seribu mil dari sini. Ratu penyihir menangkapnya, dan memberikannya ramuan penghilang ingatan. Ia ingin menjadikan kakakku sebagai raja di istana sihirnya.”
Saat Isveta mendengar hal itu, ia langsung menangis. Si kakek tua berusaha menghiburnya:
“Jangan sedih dulu, gadis muda! Lihat saja, kau akan mendapatkan akhir yang bahagia. Falcon ini akan membawamu turun dari gunung ini, dan kamu harus berjalan menuju istana Kristal itu. Bawa kain sutra berbingkai perak dan jarum dengan benang emas ini. Saat kau meletakkan jarum dan benang di atas kain berbingkai, jarum akan menyulam sendiri di kain sutra berbingkai. Ingatlah, kau tidak boleh menjual bingkai ini untuk apapun kecuali untuk bertemu dengan burung falcon sahabatmu.”
Burung falcon adik Igor membawa Isveta terbang menuruni gunung putih. Isveta lalu melanjutkan perjalanannya menuju istana Kristal. Di perjalanan terakhirnya, ia sudah tidak mempunyai sepatu besi, tongkat besi yang membantunya berjalan dan ia juga sudah tidak memakai topi besi. Kakinya terluka oleh batu yang tajam. Berkali-kali ia jatuh diterpa angin kencang, karena tak punya tongkat untuk menahan tubuhnya. Ia juga kepanasan oleh teriknya matahari. Namun akhirnya ia sampai di istana Kristal.
Isveta duduk di ambang pintu istana itu. Ia mengeluarkan nampan perak dan meletakkan telur emas di atas nampan. Seketika telur itu mulai berputar ke seluruh permukaan nampan. Warga sekitar dan para penjaga istana pun berkumpul melihat hal aneh tersebut.
Ratu Penyihir melihat kerumunan orang-orang itu. Ia menyuruh dayang-dayangnya keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dayang-dayangnya pergi dan kembali lagi membawa berita. Mereka bercerita tentang telur emas yang bisa berputar sendiri di nampan. Mereka juga memberitahu Ratu, kalau gadis bernama Isveta itu tidak mau menjual benda itu kecuali ia diijinkan bertemu dengan burung falcon jelmaan Igor.
Ratu Penyihir itu melambaikan tangannya ke dayang-dayangnya dan berkata, “Cepat, lari dan ambillah nampan dengan telur emas itu. Katakan pada gadis itu kalau aku akan membawanya pada Igor. Tapi dia tidak boleh kecewa, karena Igor tertidur seperti mati. Tidak ada yang bisa membangunkannya.”
Dayang-dayang membawa berita itu pada Isveta. Maka, Ratu Penyihir lalu membawa Isveta ke kamar Igor si burung falcon. Igor tampak terbaring tidur nyenyak. Isveta menangis di tepi tempat tidurnya karena tahu Igor ada dalam pengaruh sihir Ratu Penyihir.
“Aku Isveta, sahabatmu. Aku telah menempuh perjalanan jauh mencarimu,” tangis Isveta. Namun Igor tetap tertidur dan tidak mendengar apa-apa. Di pagi harinya, Isveta terpaksa harus keluar dari istana itu.
Isveta tidak putus asa. Sekali lagi, ia duduk di ambang pintu istana Kristal. Kali ini, dia mengeluarkan alat tenun emas dengan roda perak yang bisa menenun sendiri benang emas. Orang-orang di sekitar istana pun berkumpul untuk melihat kejadian ajaib itu. Sekali lagi, Ratu Penyihir menyuruh dayang-dayangnya keluar dan mencari tahu apa yang terjadi.
Dayang-dayangnya kembali dan memberitahu kepada sang ratu, bahwa Isveta memiliki alat tenun emas dengan roda perak yang bisa menenun sendiri benang emas. Sekali lagi, Ratu Penyihir mengijinkan Isveta untuk melihat Igor yang terbaring tidur.
Malam harinya, Isveta berusaha membangunkan Igor sambil menangis sedih. Namun sekali lagi usahanya sia-sia. Sahabatnya itu tetap tertidur nyenyak tak bergerak.
Sekarang, Isveta hanya memiliki kain sutra berbingkai perak dan jarum serta benang emas. Ia duduk di ambang pintu istana. Jarum emas itu menyulam sendiri di kain sutra berbingkai perak. Semua orang disekitarnya berlari ke sisinya untuk melihat hal yang mustahil itu. Sekali lagi Ratu Penyihir menyuruh dayang-dayangnya untuk melihat kejadian itu. Dan mereka kembali memberi kabar, kalau Isveta memiliki jarum emas yang bisa menyulam di kain sutra berbingkai perak.
Ratu Penyihir itu tertawa dan berkata, “Pergilah dan ambilah bingkai perak dan jarum emas itu. Suruh dia kemari. Dengan senang hati aku akan membiarkannya menemui Igor si burung falcon. Ia tidak akan bisa membangunkannya. Lagipula, besok adalah hari Igor diangkat menjadi raja di istana kristal ini. Begitu Igor memakai mahkota, maka ia tak bisa keluar dari istana kristalku ini lagi! Ha ha ha…”
Di malam terakhir itu, Isveta menangis sangat sedih. Ia berusaha membangunkan Igor, dan menceritakan perjalanan jauh yang ditempuhnya. Namun Igor tetap tertidur seperti mati.
Ketika fajar menyingsing, Isveta menangis tersedu-sedu. Air matanya menetes deras. Beberapa tetes jatuh di dahi Igor. Beberapa saat kemudian, keajaiban terjadi. Igor terbangun, dan berseru kepadanya, “Kau berhasil menemukanku, Isveta! Berarti kau telah tiga kali ganti sepatu, tongkat, dan topi besi. Semua yang kamu lakukan itu adalah cara untuk mematahkan sihir si Ratu Penyihir! Dia yang telah menyihir aku sehingga aku tertidur.”
Igor kemudian berubah menjadi falcon besar lagi. Ia membawa terbang Isveta menjauh dari istana itu. Betapa bahagianya Pak Terenin melihat Isveta kembali ke rumah dengan selamat, bersama sahabatnya Igor, si burung falcon.
Teks: Dok. Majalah Bobo / Adaptasi Dongeng Rusia
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR