Bobo.id - Salah satu upacara keagamaan yang menjadi tradisi masyarakat Bali sampai saat ini, yaitu tradisi potong gigi.
Biasanya orang Bali menyebutnya sebagai metatah, mapandes, atau masangih.
Seseorang baru boleh melaksanakan upacara ini setelah akil balig sebagai tanda seseorang beranjak dewasa.
Ternyata ada 5 fakta upacara potong gigi yang tidak pernah kita ketahui.
BACA JUGA: Mengapa Bali Bisa Terkenal?
1. Kewajiban orangtua kepada anaknya
Sesungguhnya upacara potong gigi di Bali merupakan kewajiban dari orangtua kepada anak-anaknya.
Ini berhubungan dengan sudah sepantasnya orangtua memberikan petuah yang baik.
Tujuannya agar sifat-sifat buruk yang ada pada anak-anaknya bisa dikendalikan.
BACA JUGA: Berkunjung ke Desa Penglipuran di Bali
2. Perempuan hamil tidak potong gigi
Dalam kepercayaan Hindu, perempuan yang sedang hamil pada umumnya tidak diizinkan untuk melakukan prosesi metatah.
Hal ini karena kepercayaan masyarakat bahwa janin yang dikandungnya merupakan sesuatu yang suci.
Sedangkan ketika metatah berlangsung, seseorang akan berada pada masa cuntaka atau tidak suci untuk disucikan.
BACA JUGA: Makan Murah dan Lezat di Bali, Ini Menunya
3. Potong gigi perlu biaya sangat besar
Upacara metatah membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena banyak perlengkapan sesajen yang diperlukan.
Biasanya, upacara ini juga mengundang sanak saudara dan keluarga besar untuk hadir layaknya sebuah hajatan pernikahan.
Oleh karena itu, masyarakat Bali menyiasatinya dengan melakukan metatah secara beramai-ramai (massal).
Atau bisa juga digabungkan dengan rangkaian upacara adat lainnya, misalnya pawiwahan (menikah) atau upacara ngaben.
BACA JUGA: Makna Kain Hitam Putih dalam Budaya Bali
4. Berbusana khusus
Pada awalnya, orang yang metatah biasanya mengenakan kain putih, kampuh kuning, dan selempang samara ratih.
Itu merupakan simbol restu dari Dewa Semara dan Dewi Ratih (berdasarkan lontar Semarandhana).
Lalu, mereka juga akan memakai benang pawitra berwarna tridatu (merah, putih, hitam).
Itu adalah simbol pengikatan diri terhadap norma-norma agama.
Namun, saat ini sudah banyak modifikasi busana saat metatah.
BACA JUGA: Menikmati Lezatnya Sate Lilit Bali
5. Setelah potong gigi harus mencicipi enam rasa
Setelah gigi dikikir, orang yang metatah diminta untuk mencicipi enam rasa dengan berbagai makna di dalamnya.
Rasa pahit dan asam adalah simbol agar tabah menghadapi peristiwa jehidupan yang kadang-kadang tidak menyenangkan.
Rasa pedas sebagai simbol agar tidak menjadi marah bila mengalamai atau mendengar hal yang menjengkelkan.
Rasa sepat sebagai simbol agar taat pada peraturan atau norma-norma yang berlaku.
Rasa asin sebagai simbol kebijaksanaan, selalu meningkatkan kualitas pengetahuan karena pembelajaran diri.
Rasa manis sebagai simbol kehidupan yang bahagia lahir bathin sesuai cita-cita.
BACA JUGA: Benarkah di Bali Ada Seribu Pura?
Teks: Putri Puspita
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR