Bobo.id - Pura Gunung Kawi terletak di Banjar Penaka, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali.
Kawasan ini juga dikenal sebagai Candi Tebing Gunung Kawi karena terdapat pahatan candi di dinding tebing sekitar pura.
Arti Nama Gunung Kawi
"Gunung Kawi" berasal dari kata “gunung” yang berarti pegunungan, dan “kawi”, yang berarti pahatan.
“Gunung Kawi” berarti pahatan yang terdapat di pegunungan.
Kawasan ini memang berupa candi-candi yang dipahat di tebing-tebing yang berada di sekitar tempat ini.
Selain sebagai situs bersejarah, sejak zaman dahulu, tempat ini sudah berfungsi sebagai pura atau tempat beribadah.
Fungsi itu pun masih bertahan sampai sekarang, sehingga kawasan ini dikenal sebagai Pura Gunung Kawi atau yang disebut juga sebagai Candi Tebing Gunung Kawi.
BACA JUGA: Cara Mengetahui Usia Candi
Sejak Abad ke-11
Pura atau yang juga sering disebut Candi Gunung Kawi diperkirakan dibangun pada abad ke 11 Masehi.
Saat itu, Bali dipimpin oleh seorang raja bernama Udayana dari dinasti Warmadewa.
Pembangunan candi ini diperkirakan dimulai pada masa pemerintahan Raja Sri Haji Paduka Dharmawangsa Marakata Pangkaja Stanattunggadewa (944-948 Saka/1025-1049 M) dan berakhir pada pemerintahan Raja Anak Wungsu (971-999 Saka/1049-1080 M).
Walaupun dibangun pada abad ke-11, pura ini pertama kali ditemukan pada awal tahun 1910.
BACA JUGA: Keren! 3 Candi Ini Terbuat dari Emas
Ratusan Anak Tangga
Pura Gunung Kawi berada di dasar lembah sehingga kita harus menuruni sekitar 320 anak tangga.
Selama menuruni anak tangga ini, kita bisa melihat pemandangan sawah yang indah.
Ketika sampai di dasar lembah, akan tampak pahatan candi di dinding tebing, di sisi barat maupun timur pura.
Pesona inilah yang menjadikan Pura Gunung Kawi begitu indah dan melekat di hati pengunjungnya.
BACA JUGA: Benarkah di Bali Ada Seribu Pura?
Empat Gugus
Pahatan candi di dinding Pura Gunung Kawi Tampaksiring dapat dibagi menjadi empat gugusan, yaitu:
1. Gugusan Pertama, yaitu candi paling utara, merupakan simbol penghormatan pada Raja Udayana. Lalu, candi di sebelahnya, merupakan istana untuk permaisuri dan anak-anak Raja Udayana. Di samping gugusan pertama inilah terdapat Pura Gunung Kawi.
2. Gugusan kedua terdiri dari empat candi yang berderet dari utara ke selatan pada tebing di sisi barat Sungai Pakerisan, yang membentang di sekitar candi ini. Candi-candi ini diperkirakan berfungsi sebagai kuil untuk para permaisuri raja.
3. Gugusan ketiga merupkan bangunan biara dan ceruk yang dipahat pada tebing.
4. Gugusan keempat merupakan candi dan ceruk untuk bertapa.
BACA JUGA: Candi Kalasan, Candi dengan Ukiran yang Indah
Makam Dinasti Warmadewa
Selain candi dan pura, ternyata di kawasan ini juga terdapat makam abu Raja Anak Wungsu serta makam Raja Udayana.
Hal ini membuat kompleks pura ini disebut pula sebagai makam Dinasti Warmadewa.
Teks: Putri Puspita, Foto: Creative Commons
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR