Bobo.id – Melihat hujan meteor di langit secara langsung memang merupakan pemandangan yang tentunya membahagiakan.
Namun, bagaimana kalau hujan meteor yang kita lihat ternyata hanya buatan manusia, ya?
Yap, ternyata memang benar akan ada hujan meteor buatan yang bisa disaksikan pada awal tahun 2020 mendatang.
Wah, siapa yang membuatnya, ya?
BACA JUGA : Hujan Meteor Lyrid Dulu Pernah Seperti Badai, dalam Waktu 1 Jam Ada 700 Meteor yang Melintas
Pertunjukan Hujan Meteor Buatan Pertama di Dunia
Sebuah perusahaan baru di Jepang bernama ALE, sedang mengembangkan teknologi yang bisa membuat “bintang jatuh” buatan.
Bahkan nantinya mereka akan siap membuat pertunjukan hujan meteor buatan pertama di dunia.
Tidak pernah ada sebelumnya, pertunjukan ini nantinya bisa disaksikan pertama kali di Hiroshima, awal 2020 mendatang.
Perusahaan memilih Hiroshima sebagai lokasi pertunjukan pertama adalah setelah mempertimbangkan dari berbagai sisi, seperti cuaca, lanskap, dan sisi budaya.
BACA JUGA : Inilah 9 Hujan Meteor yang Bisa Diamati di Tahun 2018
Satelit yang Melepaskan Bola-bola Bersinar
Perusahaan yang bergerak di bidang antariksa ini sedang dalam tahap akhir mengembangkan dua buah satelit mikro yang nantinya bisa melepaskan bola-bola kecil di ruang angkasa.
Bola-bola tersebut akan bersinar terang saat memasuki atmosfer bumi, sehingga akan tampak seperti hujan meteor sungguhan.
Satelit pertama akan dilepaskan ke angkasa dengan menumpang roket.
Roket tersebut diluncurkan badan antariksa Jepang pada Maret 2019 mendatang.
BACA JUGA : Menikmati Geminid, Raja Hujan Meteor
Satelit kedua diluncurkan pada pertengahan 2019 dengan menggunakan roket milik perusahaan swasta.
Masing-masing satelit itu nantinya akan membawa sebanyak 400 bola “bintang jatuh”.
Bola-bola tersebut bisa bersinar seperti bintang jatuh saat memasuki atmosfer bumi adalah karena formula kimia yang terdapat di dalamnya.
Wah, kira-kira sama indahnya tidak, ya, seperti hujan meteor sungguhan?
Lihat video ini juga, yuk!
Penulis | : | Yomi Hanna |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR