“Aku bisa memantul tinggi ke langit,” kata sebuah bola bulat merah cerah. “Lihat saja diriku!” Ia lalu mulai memantul dan memantul dan jatuh ke trotoar.
Bola itu lalu berusaha memantul lebih tinggi.
“Aku harus memantul sampai setinggi langit,” katanya.
Wuuupp… dia memantul sangat tinggi sehingga dia terus melambung, melambung tinggi.
Namun akhirnya ia mulai meluncur turun, turun… dan jatuh ke atas pohon. Bola bulat merah itu tertahan di antara ranting-ranting dahan.
“Lihat! Lihat! Matahari jatuh dari langit!” teriak burung cokelat kecil. “Aku ingin menghangatkan diriku di dekatnya!” Burung cokelat kecil itu lalu mengembangkan sayapnya dan terbang mendarat di sisi balon itu.
Baca Juga : Dongeng Putri Tikus
“Itu bukan matahari!” teriak seekor burung hitam. “Benda bulat itu adalah buah besar yang enak dan berair. Aku jadi ingin yang pertama memakannya!”
“Ooo, jangan!” teriak si bola merah. “Andai saja aku bisa memantul tinggi lagi ke atas. Sekarang, burung nakal itu akan mematuki aku!” Si bola merah sangat panik. Si burung hitam tahu-tahu sudah berada di dekatnya dan mulai mematukinya.
“Au… auuu.. sakit!” teriak bola merah.
Burung hitam tiba tiba berhenti mematuk. Ia terbang sambil mengomel karena melihat sesuatu di bawah pohon.
“Huh! Tidak bisa melihat aku bersenang-senang!” gerutunya.
Source | : | Majalah Bobo |
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR