Bobo.id - Saat mencoba menangkap ubur-ubur, SpongeBob sering sekali mendapat sengatan dari ubur-ubur yang ditangkapnya.
Sengatan ini dikeluarkan ubur-ubur untuk melindungi diri dari musuh melalui tentakelnya yang juga berfungsi untuk berenang.
Nah, ternyata sengatan ubur-ubur tidka hanya bisa dikeluarkan saat ubur-ubur masih hidup saja, lo.
Ubur-ubur yang sudah mati pun ternyata tentakelnya masih bisa menyengat, nih, teman-teman.
Hal ini disebabkan karena sel nematocyst yang ada di tentakel dan sebagian tubuh ubur-ubur masih aktif walaupun ubur-ubur tersebut sudah mati.
Baca Juga : Tyrannosaurus rex Punya Tangan yang Kecil, Apa Kegunaannya, Ya?
Sel nematocyst ini selain berfungsi sebagai alat pertahanan tubuh, ternyata juga berguna untuk mencari makanan.
Peneliti plankton laut di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Arief Rahman, melalui Kompas.com mengatakan kalau ada 4 tahap sengatan ubur-ubur.
Sengatan paling lemah adalah harmless, kemudian mild stinger, stinger, dan yang paling kuat adalah high stinging.
Baca Juga : Bukan Cuma Kacang, Ini yang Hewan Kumpulkan untuk Musim Dingin
Sengatan ubur-ubur ini biasanya akan mengakibatkan iritasi pada kulit yang menyebabkan kulit menjadi kemerahan, gatal, hingga rasa terbakar.
Ada beberapa hal, nih, yang bisa dilakukan kalau teman-teman tersengat ubur-ubur.
Pertama, tuangkan cuka encer ke bagian tubuh yang tersebgat ubur-ubur dan biarkan selama sekitar 30 detik.
Setelah itu lepaskan tentakel ubur-ubur yang menempel pada kulit, dan tangan kita harus menggunakan pelindung, ya, agar tidak tersengat juga.
Baca Juga : Mengapa Bulu Penguin Tidak Membeku Padahal Menyelam di Daerah Kutub?
Jika kulit teman-teman tersengat ubur-ubur, jangan tuangkan alkohol ke bagian yang tersengat.
Selain itu juga, jangan menggosok kulit menggunakan pasir atau batu dan jangan oleskan salep atau krim di kulit yang tersengat.
Nah, jadi teman-teman harus tetap berhati-hati, ya, kalau melihat ada bangkai ubur-ubur di tepi pantai yang terbawa arus.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR