Dongeng Anak: Cermin Ajaib (Bagian 2)

By Sepdian Anindyajati, Kamis, 13 Desember 2018 | 15:30 WIB
Ilustrasi cermin ajaib. (Pexels.)

Ketika mereka mencapai gerbang istana, Uzengi melihat mereka. Di luar dugaan, raksasa itu malah menangis dengan suara keras,

"Pergi, pergi! Jangan mendekat ke sini! Kau telah mampu membawa Putri Peri ke sini. Itu artinya kau bisa melakukan apa saja dengan kekuatanmu. Jaga gadis itu dengan pedangku. Hanya jangan kau mendekat ke sini lagi!”

Si Bungsu sangat terkejut dan gembira. Ia segera membawa Putri Peri ke kebun para Siluman. Begitu pada siluman melihatnya membawa pedang Uzengi, mereka berteriak bersama-sama,

"Pergi, pergilah! Jangan mendekat ke sini! Kami takut padamu. Jika kau bisa mengambil pedang Uzengi dan juga Putri Peri, itu artinya kau bisa melakukan apa saja dengan kekuatanmu! Sekarang kau telah punya gadis, pedang, dan cermin. Jagalah semua itu!”

Setelah melakukan semua yang diharapkan darinya, si Bungsu mengantarkan Putri Peri ke rumah Ibu Siluman. Mereka beristirahat sebentar dan mengucapkan selamat tinggal, lalu melanjutkan perjalanan pulang.

Setelah pengembaraan panjang, tibalah mereka di tempat si Bungsu dan kedua kakaknya berpisah dulu. Ia memeriksa di bawah batu dan menemukan bahwa semua cincin itu masih ada di sana.

Baca Juga : Kawah Plato di Permukaan Bulan, Objek Favorit Pengamat Bulan

"Apa yang bisa telah terjadi pada kakak-kakakku?" gumamnya sendiri.

Si Bungsu lalu melihat di kejauhan. Di sana ia melihat kedua kakaknya dalam keadaan yang menyedihkan. Pakaian mereka compang camping dan mereka sangat kurus. Si Bungsu sangat senang bertemu dengan kedua kakaknya lagi.

Si Bungsu lalu menceritakan semua pengalamannya. Kedua kakaknya melihat si Bungsu telah memiliki gadis cantik dan cermin ajaib. Mereka sangat cemburu dan marah. Di sepanjang jalan pulang ke istana, kedua bersaudara itu mencari cara untuk mencelakakan adik mereka.

Di suatu tempat, mereka melihat sebuah sumur dengan penutup yang kokoh. Di dalamnya ada sedikit air. Si Sulung lalu menyuruh si Bungsu mengisi kendi-kendi air mereka semua dengan air. Mereka lalu menurunkan si Bungsu dengan tali ke dalam sumur.

Baca Juga : Fenomena Solstis Sebentar Lagi, Banyak Bangsa Menunggu Fenomena Ini

Dengan tulus, si Bungsu mengisi kendi-kendi dengan air. Ketika ia meminta agar ditarik ke atas lagi, kedua kakaknya telah pergi meninggalkannya. Mulut sumur telah mereka tutup lagi. Si Bungsu sangat sedih dan menangis. Si Sulung dan si tengah pergi membawa cermin dan Putri Peri. Namun mereka meninggalkan kuda si Bungsu di dekat sumur.

Setiba di istana, Si Sulung dan si Tengah mengembalikan cermin ajaib pada ayah mereka. Sultan seketika pulih lagi karena bahagia. Si Sulung dan si Tengah berkata bahwa mereka tidak melihat si Bungsu sejak mereka berpisah jalan.

Sultan sangat gembira karena cermin ajaibnya telah ditemukan kembali. Ia segera melupakan kesedihannya karena kehilangan si Bungsu. Ia memerintahkan persiapan untuk pernikahan Putri Peri dengan putra sulungnya.

Sementara itu, kuda si Bungsu sangat menderita karena kelaparan dan kehausan. Ia meringkik dan kakinya terus menghentak-hentak tutup sumur sampai akhirnya pecah.

Baca Juga : Congklak, Permainan Tradisonal yang Masih Bertahan Sampai Sekarang