Dongeng Anak: Raja Pohon Maple

By Sepdian Anindyajati, Rabu, 2 Januari 2019 | 16:30 WIB
Ilustrasi Pohon Maple. (Pixabay)

Pak Boris bersiap-siap mengangkat kapaknya untuk menebang.

Namun sebelum kapaknya turun, tiba-tiba saja pohon maple menguap. Ia menggerakkan mahkota keemasannya dan berkata dengan suara manusia,

“Biarkan aku hidup dalam damai, pria baik. Apakah kau tidak merasa cukup?” 

Pak Boris si kepala desa berkata dengan kapak tetap terangkat ke atas, “Uang tidak akan pernah cukup. Istriku lelah menjadi istri gubernur. Ia ingin lebih…”

Pohon itu menggerakkan daun-daun keemasannya dan berkata, “Lihatlah ke akar-akarku. Kau akan temukan hadiahmu. Gunakanlah sebaik mungkin, dan jangan kembali ke sini lagi!” ujar Pohon Maple.

Pak Boris segera berjongkok dan menyibakkan daun-daun kering di dekat akar pohon. Ia menemukan sebuah kendi lagi yang lebih besar lagi dan terkubur tanah. Pak Boris segera membawa pulang koin-koin emas yang sangat banyak itu.

Baca Juga : Unik! Hotel Ini Berada Tepat di Perbatasan Swiss dan Prancis

Kini Pak Boris dan Bu Boris menjadi orang yang paling kaya di kerajaan itu. Mereka membeli rumah bagai istana di pusat kota, membeli kuda-kuda mahal, dan punya banyak sekali pelayan. Semua hal yang tak pernah mereka impikan dahulu.

Sayangnya, semua itu tetap belum cukup bagi mereka. Ketika penasihat raja meninggal, raja memanggil semua warga kehormatan. Mereka ingin mencari penasihat raja yang baru. Dan akhirnya, dipilihlah Pak Boris, karena ia yang paling kaya dibandingkan warga kehormatan lainnya. Kekayaannya bahkan hampir menyamai raja sendiri.

Dalam setahun itu, si tukang kayu berhasil menjadi penasihat raja yang terpercaya. Namun istrinya tetap belum merasa cukup. Ia ingin tinggal di istana dan menjadi ratu. Maka ia berkata pada Pak Boris, suaminya,

“Suamiku, bawalah kapakmu dan kembalilah ke hutan, tempat si Pohon Maple yang mempunyai kendi emas. Mintalah padanya kendi emas yang lebih besar, aku lelah hanya menjadi istri penasihat raja!”

Pak Boris lagi-lagi ikut tergoda untuk menjadi orang yang paling berkuasa. Ia segera membawa kapaknya di bawah jubah kehormatannya, dan pergi ke hutan. Beberapa saat kemudian, ia tiba di puncak bukit, tempat Pohon Maple besar tumbuh.