Dibuka Bulan Depan, Ini Teknologi MRT Jakarta untuk Menghindari Banjir

By Iveta Rahmalia, Senin, 18 Februari 2019 | 13:31 WIB
Depo Mass Rapid Transit (MRT) Lebak Bulus dilihat dari gedung Poins Square, Jakarta Selatan, Jumat (4/1/2019). (Tribunnews/Jeprima)

Teknologi Flat Gate Barrier 

Untuk mencegah air masuk, maka pintu masuk stasiun MRT dibuat lebih tinggi. Pintu masuk terdiri dari beberapa anak tangga. Tinggi anak tangga itu mencapai 1,5 meter dari jalan raya.

Flat Gare Barrier (Bobo.id/Cirana Merisa)

Pada pintu masuk juga dibuat flat gate barrier. Teknologi ini berfungsi seperti pintu penangkal yang bergerak secara otomatis terhadap ketinggian air saat terjadi banjir.

Selain itu, di stasiun juga dipasang sump pit, yaitu lubang untuk menampung air ketika masuk.

Dilapisi Membran

Lantai stasiun bawah tanah juga telah dilapisi water proofing membrane untuk mencegah air masuk ke dalam stasiun.

Terowongan di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Kamis (27/9/2018). (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)

Sementara dinding stasiun juga dilapisi sealer untuk menahan air masuk melalui celah pada dinding. Lapisan ini juga ada di setiap sambungan antar terowongan.

Teknologi PSD

Saat berada di peron stasiun MRT, kita akan melalui pintu kaca yang berguna menjadi pembatas antara peron dengan jalur kereta.

Teknologi PSC. (Bobo.id/Jonathan Alfrendi)

Pintu kaca yang bergerak secara otomatis ini dilengkapi oleh platform screen door (PSD).

PSD tidak hanya berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar penumpang, namun juga berfungsi untuk mengantisipasi air agar tidak masuk ke dalam peron dan jalur kereta.

Baca Juga : Wah, Kereta di Australia Ini Disebut Robot Terbesar di Dunia

O iya, pintu PSD mencapai 1,2 meter, lo, teman-teman.