Tawur dan Pangerupukan
Prosesi berikutnya yang dilaksanakan sebelum Nyepi disebut dengan Tawur atau Pangerupukan dan dilaksanakan sehari menjelang Nyepi.
Tawur diartikan sebagai membayar atau mengembalikan sari-sari alam yang telah dihisap atau digunakan oleh manusia.
Tujuan dari tawur yang dilaksanakan adalah untuk kembali menyeimbangkan sari-sari alam dengan melakukan persembahan kepada Bhuta sehingga tidak mengganggu manusia dan bisa hidup secara harmonis atau berdampingan.
Baca Juga : Mengapa Tarian Ini Dikenal Sebagai Tari Kecak? Yuk, Cari Tahu!
Tawur yang disebut juga dengan pecaruan dilaksanakan dengan mempersembahkan nasi manca warna atau lima warna yang berjumlah 9 paket lengkap dengan lauknya.
Setelah tawur selesai dilaksanakan, prosesi ini dilanjutkan dengan pengerupukan, yaitu menyebar nasi tawur, mengobori rumah dan seluruh pekarangan, dan memukul berbagai benda hingga menimbulkan suara ramai.
O iya, biasanya pada malam pengerupukan ini, dimeriahkan juga dengan pawai ogoh-ogoh yang dibawa atau diarak berkeliling desa yang disertai berbagai suara keras, seperti petasan dan keplug-keplugan, yaitu bom atau meriam khas Bali.
Prosesi tawur dilaksanakan pada saat "Tilem Sasih Sesanga", atau bulan mati yang kesembilan, tepat satu hari sebelum Nyepi