Sebelum dan Sesudah Nyepi, Ada Berbagai Prosesi yang Dilakukan, lo!

By Tyas Wening, Kamis, 7 Maret 2019 | 13:45 WIB
Upacara Melasti sebelum Nyepi di Bali. (Pixabay)

Bobo.id - Tahun ini, tepat pada tanggal 7 Maret 2019, umat Hindu merayakan hari raya Nyepi, teman-teman.

Di Indonesia, kita bisa merasakan perayaan Nyepi ini di Bali, karena Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Hindu.

Berbeda dengan hari raya agama lainnya, sesuai namanya, Nyepi dirayakan dengan menyepi dan tidak melakukan pekerjaan di luar rumah.

Saat Nyepi, teman-teman kita yang beragama Hindu harus berada di dalam rumah selama 24 jam, lo, teman-teman.

Baca Juga : Inilah Acar dari Berbagai Negara, Ada Acar Telur dan Acar Ikan, lo!

Hmm, apa saja, ya, yang dilakukan oleh teman-teman yang beragama Hindu selama melakukan proses Nyepi?

O iya, selain menyepi selama 24 jam, untuk merayakan Nyepi, ternyata ada berbagai prosesi yang harus dilaksanakan sebelum dan sesudahnya, lo.

Yuk, kita cari tahu berbagai prosesi dalam hari raya Nyepi yang dirayakan oleh umat Hindu.

Melasti

Sebelum merayakan Nyepi, umat Hindu akan menjalani prosesi yang disebut dengan upacara Melasti.

Prosesi melasti biasanya dilaksanakan dua atau tiga hari sebelum Nyepi dilakukan selama 24 jam.

Melasti berasal dari kata "Mala" yang berarti kotoran, dan "Asti", yaitu membuang atau memusnahkan.

Sehingga proses melasti yang merupakan rangkaian perayaan Nyepi dilaksanakan untuk membersihkan semua kotoran yang ada di badan dan pikiran (buana alit), alat upacara (buana agung), dan memohon air suci kehidupan untuk kesejahteraan manusia.

Baca Juga : Sarang Burung Walet Dijadikan Bahan Sup di Tiongkok, Kenapa, ya?

Prosesi melasti akan dimulai dengan persiapan iring-iringan umat serta berbagai benda yang digunakan untuk upacara ke tempat sumber air.

Sumber air yang digunakan biasanya adalah danau atau pantai yang terletak tidak jauh dari Pura yanga da di desa tersebut.

Nah, begitu tiba di tepi sumber air, upacara melasti akan dilanjutkan dengan mengambil air suci yang digunakan untuk membersihkan alat-alat upacara dan dilakukan juga berdoa bersama.

Setelah sembahyang atau berdoa bersama dilakukan, kemudian alat-alat upacara yang sudah dibersihkan dibawa kembali ke Pura.

Tawur dan Pangerupukan

Prosesi berikutnya yang dilaksanakan sebelum Nyepi disebut dengan Tawur atau Pangerupukan dan dilaksanakan sehari menjelang Nyepi.

Tawur diartikan sebagai membayar atau mengembalikan sari-sari alam yang telah dihisap atau digunakan oleh manusia.

Tujuan dari tawur yang dilaksanakan adalah untuk kembali menyeimbangkan sari-sari alam dengan melakukan persembahan kepada Bhuta sehingga tidak mengganggu manusia dan bisa hidup secara harmonis atau berdampingan.

Baca Juga : Mengapa Tarian Ini Dikenal Sebagai Tari Kecak? Yuk, Cari Tahu!

Tawur yang disebut juga dengan pecaruan dilaksanakan dengan mempersembahkan nasi manca warna atau lima warna yang berjumlah 9 paket lengkap dengan lauknya.

Setelah tawur selesai dilaksanakan, prosesi ini dilanjutkan dengan pengerupukan, yaitu menyebar nasi tawur, mengobori rumah dan seluruh pekarangan, dan memukul berbagai benda hingga menimbulkan suara ramai.

O iya, biasanya pada malam pengerupukan ini, dimeriahkan juga dengan pawai ogoh-ogoh yang dibawa atau diarak berkeliling desa yang disertai berbagai suara keras, seperti petasan dan keplug-keplugan, yaitu bom atau meriam khas Bali.

Prosesi tawur dilaksanakan pada saat "Tilem Sasih Sesanga", atau bulan mati yang kesembilan, tepat satu hari sebelum Nyepi

Nyepi

Setelah melewati melasti dan tawur, prosesi selanjutnya yang dilaksanakan adalah prosesi Nyepi atau prosesi puncak dari hari raya Nyepi.

Hari raya Nyepi jatuh pada Penanggal Apisan Sasih Kedasa atau pada tanggal 1 bulan ke-10 tahun Saka.

Nah, pada hari raya Nyepi inilah umat Hindu tidak boleh melakukan berbagai aktivitas fisik selain yang berguna untuk penyucian jiwa.

Nyepi akan dilakukan selama 24 jam penuh yang biasanya dimulai pukul 06.00 pagi dan berakhir pada 06.00 pagi keesokan harinya.

Baca Juga : Kota Ini Dipenuhi Angka 11, Bahkan Hanya Ada Angka 1 Sampai 11 pada Jam!

Apa saja yang dilakukan umat Hindu selama Nyepi, ya?

Saat Nyepi, umat Hindu tidak hanya berdiam diri saja di rumah, teman-teman, tapi melaksanakan empat pantangan yang disebut Catur Brata Penyepian.

Empat pantangan tersebut adalah Amati Geni, yaitu tidak boleh menyalakan api, baik api fisik, maupun api dalam diri kita.

Pantangan berikutnya adalah Amati Karya, yang ebrarti ktia tidak boleh bekerja atau melakukan aktivitas kecuali bertujuan untuk penyucian diri, misalnya berdoa.

Pantangan ketiga adalah Amati Lelungan yang diambil dari kata "lelunga" atau bepergian, maka dalam pantangan ini kita tidak boleh bepergian ke luar rumah, teman-teman.

Nah, pantangan yang terakhir adalah Amati Lelanguan, yaitu tidak boleh bersenang-senang dengan menyalakan televisi, radio, atau musik yang sifatnya hiburan.

Dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian ini, maka teman-teman umat Hindu diharapkan bisa berkonsentrasi dan fokus untuk kembali ke jati diri atau mulat sarira dengan cara melakukan perenungan dan meditasi.

Selain itu, setelah menjalani Nyepi, maka umat Hindu meyambut tahun yang baru dengan hari yang baru, putih, dan bersih.

Baca Juga : Inilah 6 Peribahasa yang Buat Semangat Menjalani Hari #AkuBacaAkuTahu

Ngembak Geni

Setelah prosesi Nyepi selesai, perayaan hari raya ini masih berlanjut, lo, teman-teman, dan prosesi berikutnya adalah Ngembak Geni.

Ngembak berarti "mengalir", sedangkan geni adalah "api" yang juga merupakan simbol dari Brahma atau Dewa Pencipta.

Prosesi terakhir ini jatuh pada Pinanggal ping kalih" atau tanggal dua pada bulan kesepuluh tahun Saka.

Nah, pada saat Ngembak Geni ini, umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan berkunjung ke keluarga dan tetangga.

Ketika berkunjung ke keluarga dan tetangga, biasanya akan diucapkan syukur dan saling bermaaf-maafan satu sama lain, teman-teman.

Dharma Shanti sendiri diambil dari Tattwamasi yang memandang bahwa semua manusia yang ada di Bumi adalah ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa atau sang pencipta.

Inilah sebabnya manusia harus saling menyayangi satu sama lain, memaafkan satu sama lain, serta hidup berdampingan dalam kerukunan dan kedamaian.

Baca Juga : 5 Wisata Budaya Ini Bisa Dilakukan Saat Libur Imlek

Nah, itu tadi berbagai prosesi yang dilaksanakan umat Hindu dalam rangkaian Hari Raya Nyepi.

Apakah ada teman-teman Bobo di sini yang merayakan Hari Raya Nyepi?

Selamat Hari Raya Nyepi untuk teman-teman Bobo yang merayakan!