Ibu dan kakek Jaka Wana mulai cemas mendengar kata-kata itu. Jaka Wana melanjutkan ceritanya,
"Seekor kancil bercerita, waktu Ibu mengandung, Ibu diusir Ayah dari kerajaan. Ayah merasa ditipu oleh Ibu, karena dengan pertolongan Kakek, wajah Ibu dijelmakan menjadi cantik seperti bidadari. Ayah tertarik pada kecantikan Ibu, lalu melamar Ibu sebagai permaisuri. Pada malam bulan pumama, Ayah mengetahui wajah Ibu yang asli. Ayah marah, lalu mengusir Ibu. Kemudian ..."
"Sudah, sudah! Hentikan katakatamu, Anakku!" Ibu Jaka Wana tak kuat menahan sedihnya. Air matanya menetes membasahi pipinya.
Baca Juga: Akun Instagram Peterpicksuptrash Hanya Mengunggah Foto Seseorang Memungut Sampah, Apa Tujuannya?
"Cucuku, Jaka Wana. Memang benar cerita hewan-hewan itu. Tetapi lupakan saja semuanya itu. Kau sudah cukup bahagia tinggal di sini bersama Ibu dan kakekmu."
Namun Jaka Wana ingin bertemu ayahnya, Raja Goragangsa. Maka pada suatu senja bulan pumama, diam-diam ia meninggalkan hutan. Ia ditemani Wre, sahabatnya, seekor kera.
Sampailah Jaka Wana dan Wre di Kerajaan Goragangsa. Saat itu Raja Goragangsa sedang mengadakan sayembara. "Raja mengadakan sayembara apa?" tanya Jaka Wana kepada seseorang yang turut berjubel di alun-alun menonton sayembara.
Baca Juga: Selain Dicuci dengan Air dan Sabun, Buah Juga Bisa Dicuci dengan Bahan Alami Ini!