Rupanya, dahulu kala, kakek Raja Goragangsa suka berburu hewan di hutan. Gong Gora selalu dipukul tiga kali sebagai tanda dimulainya perburuan. Itu sebabnya, kali ini, ketika mendengar bunyi Gong Gora, semua hewan menyerbu ke wilayah kerajaan. Mereka bermaksud menyerang lebih dulu sebeium diburu prajurit kerajaan.
Jaka Wana menyuruh para hewan kembali ke hutan dengan tertib. Raja Goragangsa kagum pada kemampuan Jaka Wana.
"Wahai, bocah tampan yang sakti. Siapakah namamu?"
"Nama hamba Jaka Wana, Baginda."
"Darimana asalmu?"
Baca Juga: Ini Ular Terbesar yang Masih Hidup di Bumi, Ada yang di Indonesia, lo
"Dari hutan Danawa, Baginda."
Raja terkejut mendengar jawaban itu. Raja teringat kepada permaisuri Denawanti yang telah diusirnya. Permaisurinya itu sekarang tinggal di hutan itu bersama petapa Denawamuka.
"Siapa nama kedua orang tuamu?"
"Ibu hamba bernama Denawanti. Hamba tak tahu siapa ayah hamba. Sejak lahir hamba hanya diasuh oleh Ibu dan Kakek Denawamuka," jawab Jaka Wana berpura-pura.
Seketika itu tampak penyesalan di raut wajah Raja Goragangsa. Iba hatinya mengetahui nasib putranya yang hidup terlunta-lunta di hutan.
Baca Juga: Sering Ditaburi di Makanan, Apa Manfaat Garam bagi Tubuh Kita?