Bobo.id – Apa teman-teman pernah melihat film Ice Age? Di film itu, ada adegan saat Manny, Sid, dan Diego melewati sebuah gua dan melihat lukisan gua.
Lukisan gua juga ada di dunia nyata, teman-teman. Lukisan gua adalah coretan, lukisan, atau cap yang dibuat oleh manusia purba atau manusia zaman prasejarah.
Meski sudah ribuan tahun berlalu, sampai saat ini para arkeolog masih menemukan lukisan gua juga, lo.
Bahkan, tahun 2018, ilmuwan mengungkap sebuah lukisan gua tertua yang pernah dibuat, di sebuah gua di Kalimantan.
Bagaimana bisa lukisan gua yang dibuat ribuan tahun lalu bisa tetap awet, ya?
Baca Juga: Tanaman Rami, Dimanfaatkan untuk Tekstil Sejak 6000 Tahun Lalu
Awal Mula Penemuan Lukisan Gua
Ilmuwan pertama kali menemukan lukisan gua di akhir abad ke-19, teman-teman.
Ditemukannya lukisan gua bukan sekadar menjadi bukti bahwa manusia prasejarah membuat “seni”, namun mengubah banyak teori dalam berbagai bidang ilmu.
Lukisan gua terus ditemukan pada abad ke-20 sehingga ilmuwan menyetujui bahwa manusia zaman dulu lebih ekspresif dan memiliki kemampuan dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya.
Dengan menemukan lukisan gua, para ahli bisa mempelajari masa lalu manusia.
Sebagian besar lukisan gua yang ditemukan menggambarkan simbol-simbol, hewan, dan gambar-gambar yang mirip.
Gambar hewan yang ditemukan di lukisan gua juga membantu ilmuwan memperkirakan bentuk dan rupa hewan di masa lalu.
Sekarang, penemuan lukisan gua tertua di dunia berada di Lubang Jeriji Saleh, area Karst Sangkulirang Mangkalihat, Kalimantan Timur. Lukisan gua itu diperkirakan berusia 40.000 - 52.000 tahun.
Baca Juga: Penemuan Fosil Sekumpulan Ikan Berenang Bersama Berusia 50 Juta Tahun di Amerika
Zat Pewarna Lukisan Gua
Segala sesuatu berubah karena pengaruh alami, namun lukisan gua berusia puluhan ribu tahun tetap bisa bertahan. Kok, bisa, ya?
Rahasianya, bahan pewarna yang digunakan oleh manusia prasejarah adalah bahan pewarna alami, seperti zat besi atau hematit yang bergabung membentuk pigmen (zat warna) yang disebut oker saat mulai teroksidasi.
Pigmen itu dicampur dengan arang atau tulang yang dibakar, kemudian dikentalkan menjadi seperti cat menggunakan lemak hewani atau minyak alami lainnya.
Pewarna seperti besi oksida dan arang juga tidak mudah pudar kecuali jika terpapar api atau bahan kimia.
Para ahli mengungkapkan bahwa zat pewarna itu kemungkinan dianggap berharga karena banyak ditemukan di dekat situs pemakaman atau keagamaan. Sehingga mungkin digunakan untuk ritual yang sakral.
Baca Juga: Gunung Ini Dianggap Gunung Api Purba, Apa Maksudnya?
Lukisan Gua yang Tetap Bertahan
Di gua batuan kapur, rembesan air hujan yang melalui celah batu juga membantu melapisi lukisan gua dengan membentuk lapisan bikarbonat. Ini membuat warna lukisan tetap cerah meski ribuan tahun berlalu.
Kemudian, gua yang tidak mengalami perubahan ketinggian air atau pergerakan tektonik dan aktivitas vulkanik adalah tempat yang stabil. Suhu dan kelembapan di sana umumnya hanya berubah sedikit dalam waktu yang lama, sehingga lukisan di dinding gua tetap awet.
Oh iya, keberadaan manusia juga memengaruhi keawetan lukisan gua itu.
Gua-gua prasejarah tidak ditinggali atau bahkan dimasuki oleh manusia selama ribuan tahun, termasuk manusia modern. Sehingga hal yang tertinggal di dalamnya tetap awet dan tidak rusak.
Manusia modern yang memasuki gua kuno kemudian memotret menggunakan cahaya flash dan melepaskan karbondioksida di dalam gua membuat keadaan dalam gua juga berubah, lo.
Nah, sebagai manusia modern, jika teman-teman menemukan peninggalan prasejarah atau keindahan alam, ikut jaga dan jangan melakuakan hal yang bisa merusaknya, ya!
Baca Juga: Ilmuwan Mengungkap Hobbit dari Indonesia Berevolusi Sangat Cepat
Yuk, lihat video ini juga!