Bobo.id - Salah satu menu sarapan yang mudah dan cepat diolah adalah roti tawar.
Kita bisa mengoleskan selai kesukaan, menjadikannya roti isi, atau dimakan begitu saja.
Nah, saat makan roti tawar, siapa yang suka memotong bagian pinggirnya yang berwarna cokelat dan bertekstur agak kasar?
Beberapa orang ternyata tdak menyukai pinggiran roti karena dianggap memiliki tekstur yang tidak selembut bagian tengah roti dan rasanya berbeda dengan bagian tengah roti.
Baca Juga: Makanan-Makanan Enak Ini Ternyata Bisa Picu Kanker Kelenjar Getah Bening
Bagian Pinggir Roti Juga Mengandung Gizi untuk Tubuh
Meski banyak yang memotong dan memilih untuk tidak mengonsumsi pinggiran roti, ternyata bagian ini juga bergizi untuk tubuh, teman-teman.
Memang gizi dari pinggiran roti tidak sebanyak bagian tengah roti, tapi mengonsumsi pinggiran roti juga berpengaruh pada kesehatan kita.
Yuk, cari tahu mengenai pinggiran roti yang berwarna cokelat dan banyak dipotong saat makan roti!
Pinggiran Roti Mengandung Antioksidan
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jerman, ditemukan bahwa pinggiran roti mengandung senyawa bernama pronyl-lysine, yaitu sebuah antioksidan.
Dibandingkan dengan bagian tengah roti, antioksidan ini jumlahnya delapan kali lebih banyak di pinggiran roti.
Teman-teman pasti tahu, kan, kalau antioksidan merupakan senyawa yang penting untuk mencegah dan memerangi kanker?
Nah, senyawa pronyl-lysine ini berguna untuk meningkatkan jumlah enzim fase II, yang berdasarkan penelitian, bisa mencegah kanker berkembang dalam tubuh.
Baca Juga: Mengapa Kanker Bisa Muncul Kembali Setelah Sembuh? Cari Tahu, yuk!
Proses Pemanggangan Roti Mengubah Senyawa pada Pinggiran Roti
Kalau diperhatikan, tekstur dan warna pinggiran roti berbeda dengan bagian tengahnya.
Hal ini terjadi karena adanya proses kimia yang disebut sebagai reaksi Mailliard yang muncul saat proses pemanggangan roti.
Ketika adonan roti dipanggang, maka akan menghasilkan serangkaian proses kimia yang nantinya akan menghasilkan senyawa tertentu.
Panas yang diterima oleh adonan roti akan menyebabkan karbon pada karbohidrat roti bercampur dengan asam amino protein.
Baca Juga: Cuci Tangan Hingga Tidur Nyenyak, Ini Tips Tetap Sehat di Musim Hujan
Akibatnya, pinggiran atau permukaan roti akan berubah warna menjadi kecokelatan.
Proses kimia ini ditemukan oleh Louis-Camille Maillard di awal tahun 1900-an.
Awalnya, peneliti mengatakan kalau reaksi Maillard ini hanya mengubah warna dan rasa pinggiran roti saja.
Namun dari penelitian lanjutan yang dilakukan, reaksi ini juga bisa memunculkan antioksidan bernama pronyl-lysine.
Senyawa antioksidan ini terbentuk saat pati dan gula bereaksi dengan asam amino dari ikatan protein bernama L-lisin.
Gizi di Pinggiran Roti Tidak Sama dengan Bagian Tengah Roti
Dari penelitian ini, bangian pinggir roti diketahui bahwa punya tingkat antioksidan yang tinggi.
Meskipun begitu, hal ini bukan berarti pinggiran roti lebih bergizi dari bagian tengah roti, nih, teman-teman.
Baca Juga: Ternyata Ada Rahasia Mengapa Cokelat Disukai Banyak Orang! Pernah Tahu?
Nyatanya, pinggiran roti punya gizi yang sama dengan bagian tengah roti, kok.
Selain itu, gizi dari roti juga ditentukan oleh bahan-bahan yang digunakan untuk membuat roti.
Misalnya apa roti itu dibuat dari tepung terigu, campuran gandum, atau gandum utuh.
Baca Juga: Keluarkan Saja Jika Memang Ingin Kentut, Ini Bahayanya Kalau Sering Menahan Kentut
Roti yang terbuat dari gandum utuh diketahui punya gizi yang paling tinggi dibandingkan jenis roti lainnya.
Namun memang ada beberapa orang yang tidak menyukai pinggiran roti karena rasanya yang kurang lezat.
Pinggiran roti tidak prlu dibuang, teman-teman, karena bisa dimanfaatkan untuk membuat makanan atau camilan lainnya, seperti garlic bread berukuran kecil, crouton yang rasanya manis, maupun makanan untuk burung.
Tonton video ini, yuk!