Ukurannya Memang Kecil, Tapi Pedasnya Cabai Rawit Bisa Tiga Kali Lipat dari Cabai Biasa! Ini Penjelasannya

By Sarah Nafisah, Selasa, 17 Maret 2020 | 19:15 WIB
Cabai rawit (pixabay/Pete Linforth)

 

Bobo.id - Tidak hanya orang dewasa, anak kecil seperti kita juga ada yang suka makan pedas. Apakah kamu salah satunya?

Rasa pedas bisa didapatkan rempah seperti jahe dan lada. Namun, tokoh utamanya tentu saja cabai.

Di Indonesia sendiri ada satu jenis cabai yang digemari, yaitu cabai rawit. Meski ukurannya kecil, tapi rasa pedasnya cukup menggigit, lo.

Jika diperhatikan cabai rawit terasa lebih pedas dari cabai biasa. Kenapa begitu, ya? Yuk, cari tahu kenapa rasa cabai rawit bisa lebih pedas daripada cabai biasa!

Baca Juga: Susu Hingga Jeruk Nipis, Inilah 6 Bahan Alami yang Bisa Menghilangkan Pedas!

Cabai Rawit Lebih Pedas dari Cabai Biasa

Cabai memiliki banyak jenis dengan tingkatan kepedasan yang berbeda-beda.

Sensasi pedas cabai rawit dihasilkan dari zat kimia bernama capsaicin. Semakin banyak kadar capsaicin-nya, maka cabai tersebut akan terasa semakin pedas.

Nah, rupanya, jumlah capsaicin pada cabai rawit lebih banyak dibanding cabai biasa.

Baca Juga: Uniknya Organ Pernapasan pada Cacing, Bisa Membuatnya Bernapas di Dalam Tanah

Untuk mengukur tingkat kepedasan atau kandungan capsaicin dalam cabai, tentu tidak dicicipi langsung dengan lidah, teman-teman.

Karena, ada cara khusus yang lebih aman dan akurat, yaitu dengan menggunakan Skala Scoville (SHU). Skala Scoville adalah ukuran tentang pedasnya cabai.

Cabai rawit memiliki skor 100.000 ketika diukur menggunakan SHU. Sementara cabai merah besar hanya sekitar 30.000 - 50.000 SHU.

Rekor cabai paling pedas sedunia versi Guinness World Records dipegang oleh carolina reaper yang memiliki tingkat kepedasan 15-31 kali lipat dari cabai rawit.

Wah, pasti pedas sekali, ya, cabai satu itu.

Baca Juga: Tak Disangka, Kepala Udang yang Sering Dibuang Ternyata Bermanfaat untuk Tubuh!

Apa yang Terjadi pada Tubuh Setelah Kita Makan Cabai Rawit?

Capsaicin telah lama diketahui berpotensi meredakan rasa sakit serta meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan infeksi.

Sudah banyak juga penelitian yang melaporkan efek capsaicin untuk mendorong kerja metabolisme tubuh hingga lima persen lebih cepat untuk membakar lebih banyak lemak.

Efek pembakaran kalori ini bahkan diketahui masih terus bekerja sampai 20 menit setelah kita selesai makan, lo.

Selain itu, capsaicin juga diyakini ampuh untuk menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan di waktu yang sama meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam tubuh.

Di sisi lain, meski bermanfaat, capsaicin juga berisiko menimbulkan efek samping yang menyebalkan.

Baca Juga: Ingin Memelihara Kucing? Perhatikan 5 Hal Penting Ini Sebelum Memeliharanya

Makan cabai dapat membuat kebanyakan orang mengalami sakit perut atau mulas, mulut dan tenggorokan panas seperti terbakar, hingga hidung ingusan, banyak berkeringat, hingga menitikkan air mata.

Ini karena capsaicin dapat memicu terjadinya iritasi sel pada membran mulut, lambung, tenggorokan, dan mata apabila dikonsumsi terlalu banyak.

Jadi, walapun kita suka pedas, jangan makan cabai terlalu sering, ya, teman-teman!

Kenapa Capsaicin Bisa Menyebabkan Berbagai Reaksi Itu?

Capsaicin adalah senyawa stimulan.

Berbagai “gejala” fisik yang muncul setelah kita makan pedas muncul karena capsaicin bekerja merangsang saraf untuk meningkatkan suhu inti tubuh.

Ketika kita makan cabai rawit, maka sistem saraf pusat di otak bereaksi dengan cara melebarkan pembuluh darah di berbagai bagian tubuh kita.

Hal inilah yang memicu kulit jadi memerah dan bercucuran keringat saat kita merasa pedas.

Pelebaran pembuluh darah ini jugalah yang ikut memicu peningkatan produksi air liur di mulut dan ingus dalam hidung kita.

Baca Juga: Sering Diremehkan, Influenza Pernah Jadi Virus Berbahaya di Dunia! Inilah 4 Virus yang Pernah Jadi Ancaman Dunia

Dalam kasus kepedasan yang parah, kita mungkin juga jadi kehilangan pendengaran sementara. Ini karena produksi air liur berlebih bisa menyebabkan penyumbatan lendir di saluran eustachius, yaitu saluran yang langsung menghubungkan tenggorokan dengan telinga.

Di sisi lain, capsaicin adalah senyawa asing bagi tubuh.

Maka itu, berbagai reaksi kepedasan yang kita alami sebenarnya juga sekaligus menjadi sistem pertahanan bawah sadar tubuh untuk melawan dan memperbaiki efek iritasi capsaicin yang bisa merugikan.

Sistem imun tubuh kita mendeteksi bahwa asupan capsaicin dari makanan pedas kita sudah di luar batas toleransi sehingga harus dilawan.

Tonton video ini, yuk!