Dongeng Anak: Serigala yang Bodoh #MendongenguntukCerdas

By Sarah Nafisah, Senin, 27 Juni 2022 | 18:45 WIB
Dongeng Anak: Serigala yang Bodoh (Joko Setyo P.)

Bobo.id - Teman-teman sudah tahu manfaat mendongeng, kan? Mendongeng bisa membuat kita menjadi cerdas.

Nah, hari ini ada dongeng anak yang berjudul Serigala yang Bodoh.

Jangan lupa untuk membaca dongeng atau minta orang tuamu untuk mendongeng untukmu, ya!

----------

Kisah ini terjadi ketika Billy, si kambing, menjadi seorang polisi, ayam jantan menjadi kepala penjara, dan Sang Elang tua menjadi raja dan memerintah dengan bijaksana.

Seekor serigala datang ke elang tua itu, membungkuk dengan hormat, lalu ia mengeluh, “Rajaku yang Mulia, aku sangat kelaparan sampai-sampai aku ingin menangis! Berikan aku sedikit makanan.”

“Kenapa aku harus menuruti perkataanmu? Lagipula, sebagai serigala, engkau bisa memburu makanan untuk dirimu sendiri.” Kata Elang.

“Tolonglah aku, Raja. Setidaknya, berikanlah aku saran, apa yang harus aku makan.” Mohon si serigala.

“Kamu lihat seekor anak kuda itu? Pergi, dan makanlah dia.” Perintah elang tua.

Baca Juga: Dongeng Anak: Musim Stroberi #MendongenguntukCerdas

Si serigala berterimakasih kepada Sang Elang, lalu pergi untuk memakan anak kuda itu.

“Aku akan menelanmu bulat-bulat, anak kuda yang malang!”

“Mengapa, e-engkau berkata seperti itu?” tanya anak kuda itu ketakutan.

“Raja memerintahkanku untuk melakukannya!”

“ Bagaimana dia bisa memerintahkanmu seperti itu? Aku mempunyai cap yang Raja berikan langsung kepadaku, sehingga kamu tidak bisa memakanku.”

“Di mana cap itu?” tanya serigala.

“Di kaki belakangku.” Kata si anak kuda.

Serigala itu mulai memeriksa kaki belakang anak kuda. Ketika serigala itu mencarinya, anak kuda itu langsung menendang wajah serigala malang itu.

Ketika serigala itu telah sadar, anak kuda itu telah melarikan diri.

Baca Juga: Ternyata Sama Seperti di Dongeng, Rubah di Alam Liar Juga Pandai Berburu #MendongengUntukCerdas

Serigala itu kembali kepada Sang Elang, “Rajaku yang Agung, aku sangat kelaparan, aku benar-benar ingin menangis! Berikanlah sesuatu untukku“.

“Tapi aku sudah mengizinkanmu untuk melahap anak kuda itu.” Kata si elang tua.

“Anak kuda itu sangat menyebalkan, ia menendang aku lalu melarikan diri.”

“Baiklah kalau begitu. Lahaplah kambing gunung itu, dia ada di sebelah sana.”

Serigala berterimakasih kepada si elang tua, lalu pergi menemui si kambing gunung.

“Hei, kambing gunung, aku akan menelanmu hidup-hidup!” teriak serigala.

“Mengapa engkau sangat ingin menelanku?”

“Raja memerintahkanku untuk melakukan demikian.”

“Baiklah, bagian mana yang ingin engkau telan terlebih dahulu, mulai dari kepala, atau dari ekor?”

Baca Juga: Dongeng Anak: Flik Tupai di Musim Kenari #MendongenguntukCerdas

“Aku tidak peduli, bagaimana menurutmu?”

“Lebih baik kamu memulai dari kepalaku. Baiklah aku akan memberitahumu, berdirilah tepat di depanku, dan aku akan masuk ke dalam mulutmu.”

Serigala itu lalu berdiri tepat di depannya, lalu membuka mulutnya. Kambing gunung itu lalu mengambil ancang-ancang, lalu berlari dengan sangat kencang ke arah serigala, dan menyeruduknya dengan tanduknya. Serigala itu terpental, dan jatuh ke dalam jurang.

Ketika serigala tersadar, ia lalu memanjat tebing jurang itu dengan cakarnya. Setelah ia sampai di atas, kambing gunung itu sudah melarikan diri. Serigala itu kembali kepada Sang Elang, lalu mengadu kepadanya, “Rajaku yang Mulia, aku masih sangat lapar! Tolong, berikanlah aku sedikit makanan!”

“Tapi, aku sudah mengizinkanmu untuk memakan kambing gunung itu.” Ujar Sang Elang.”

“Tapi, kambing gunung itu terlalu licik! Ia mendorong aku ke dalam jurang dengan tanduknya!”

“Baiklah, telanlah seorang penjahit yang berada di sana. Tapi, janganlah kembali lagi kepadaku, atau aku akan memerintahkan Billy si polisi untuk memenjarakanmu!”

Serigala itu sekali lagi berterimakasih kepada Sang Elang, dan berjalan menemui si penjahit.

“Hai penjahit, aku akan menelanmu bulat-bulat!” teriak serigala.

Baca Juga: Sering Jadi Tokoh Dongeng, Apa Bedanya Raja, Kaisar, dan Sultan? #MendongenguntukCerdas

“Mengapa engkau melakukan itu kepadaku!” kata si penjahit.

“Raja yang memerintahkanku.”

“Baiklah, itu tidak berarti untukku. Kemari dan cobalah telan aku, anjing kecil!”

“Hey, aku bukan anjing, aku serigala!” teriak serigala.

“Benarkah? Aku tidak tau kamu itu serigala. Untuk seukuranmu, engkau sangat kecil untuk seekor serigala. Coba datanglah kemari, sehingga aku bisa memastikan apakah engkau anjing atau serigala.

Serigala itu datang kepada si penjahit. Penjahit itu lalu mengelilingi si serigala, dari depan ke belakang.

“Ini tidak terlihat benar, ekormu tidak seharusnya berada di sini. Biarkan aku memotongnya!”

Sebelum serigala sempat bergerak, dengan cepat penjahit memotong ekornya dengan gunting, lalu berlari ke dalam hutan.

Serigala itu sangat marah, dan mulai melolong. Tapi, ke mana ia harus melangkah, sedangkan Sang Elang tidak ingin bertemu lagi dengan dirinya?

Baca Juga: Dongeng Anak: Katak Putih #MendongenguntukCerdas

Lantas, serigala itu menemui saudaranya.

“Di mana kamu meletakkan ekormu, saudaraku?”

“Seorang penjahit menipuku dan memotong ekorku.”

Saudaranya begitu marah, mereka berdua lalu mengejar si penjahit itu di dalam hutan. Ketika penjahit itu melihat kedua serigala itu, ia berlari, lalu memanjat ke atas pohon. Kedua serigala itu berlari menyusul penjahit, dan berdiri di bawah pohon tempat penjahit itu bersembunyi.

“Turunlah kamu, penjahit! Kami akan menelanmu hidup-hidup, karena kamu telah memotong ekor saudaraku!” kata saudara serigala itu.

“Tidak, aku tidak akan turun! Kalianlah yang harus naik ke atas, apabila ingin menangkapku!” teriak si penjahit.

Kedua serigala itu melompat setinggi-tingginya dan mencoba memanjat pohon itu, namun usaha mereka sia-sia.

“Aku mempunyai ide, saudaraku. Kamu berdirilah di bawah pohon, dan kita akan saling menaikki punggung satu sama lain, sehingga kita bisa mencapai atas pohon, dan menangkap penjahit itu!” kata saudaranya.

Mereka lalu menjalankan rencana mereka. Saudara serigala itu mulai menaikki punggung si serigala tanpa ekor, dan serigala tanpa ekor lalu menaiki punggung saudaranya. Ketika mereka sudah mencapai atas dan mulai mendekati si penjahit, teriaklah si penjahit, “Datanglah, serigala yang lucu, aku akan memastikan letak kembali letak tubuhmu. Kali ini, kita lihat bagaimana posisi telingamu!” goda penjahit.

Baca Juga: Kisah Pegasus, Kuda Bersayap yang Jadi Rasi Bintang #MendongenguntukCerdas

Mendengar hal itu, merindinglah serigala tanpa ekor itu, mengingat penjahit itu menghilangkan ekornya. Serigala tanpa ekor itu melompat dari pohon ketakutan, padahal ia sedang berada di bawah untuk menopang saudaranya, hingga terjatuhlah saudaranya ke bawah. Karena marah, dikejarlah serigala tanpa ekor itu oleh saudaranya.

Penjahit itu tertawa terbahak-bahak. Tanpa sadar, ia kehilangan keseimbangannya, lalu terjatuh dari atas pohon. Ia bangun, lalu pulang sambil tertawa puas.

Begitulah nasib dari serigala tanpa ekor. Ia berjalan, dan berjalan tanpa ekor hari ini. Ia tidak berani melapor pada Sang Elang, karena ia tidak tau apa yang harus dikatakan.

Cerita: Arsip Majalah Bobo. Ilustrasi: Joko Setyo P.

#MendongenguntukCerdas

Tonton video ini, yuk!

 

----

Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.