Dongeng Anak: Pippo dan Gato #MendongenguntukCerdas

By Sarah Nafisah, Minggu, 26 Maret 2023 | 19:00 WIB
Dongeng Anak Pippo dan Gato (@sketchify via Canva)

Bobo.id - Apakah teman-teman punya kucing peliharaan di rumah? 

Dongeng anak hari ini akan bercerita tentang Pippo dan kucing peliharaan peninggalan ayahnya bernama Gato.

Pippo hampir meninggalkan Gato di pinggir jalan karena merasa tak sanggup merawatnya. Namun, Gato menjanjikan akan menjadikan Pippo kaya raya jika merawatnya.

Bagaimana kelanjutan kisah Pippo dan Gato? Simak selengkapnya di sini!

Pippo dan Gato

Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo

Di sebuah desa di Napoli, tinggallah dua pemuda kakak beradik bernama Oratiello dan Pippo. Suatu hari, ayah mereka yang miskin meninggal dunia. Ayah mereka mewariskan sebuah nyiru untuk Oratiello. Dan seekor kucing bernama Gato untuk Pippo. 

Oratiello yang rajin, pergi berkeliling dari desa ke desa membawa nyiru itu. Ia menawarkan bantuan pada petani gandum yang ingin menampi gandum. Ia menampi gandum dengan nyirunya agar bersih dari kulit-kulit gabah. Oratiello menampi dengan rajin. Butir-butir gandum menjadi bersih tanpa ada satu pun kulit gabah yang tertinggal.  

Para petani gandum memberi upah berupa sekantong kecil gandum untuk Oratiello. Semakin banyak gandum yang ditampi, semakin banyak upah gandum yang diterima Oratiello. Dengan upah gandum itu, Oratiello dan Pippo dapat makan bubur gandum setiap hari. 

Lama-kelamaan, Pippo menjadi bosan. Ia memutuskan untuk pergi mencari nafkah sendiri. Pippo berpamitan pada Oratiello dan pergi dengan membawa Gato, kucingnya. Tadinya, Pippo ingin membuang Gato di tengah jalan. 

“Aku tidak mungkin merawatmu, Gato. Merawat diriku sendiri saja aku tidak sanggup. Aneh juga, Ayah mewariskan kamu padaku,” gumam Pippo kesal.

Baca Juga: Dongeng Anak: Putri Kenanga dan Pangeran Jati #MendongenguntukCerdas

Tiba-tiba, Gato berkata, "Jangan mengeluh, Pippo. Kamu beruntung mendapatkan kucing banyak akal seperti aku. Aku akan membuatmu jadi kaya kalau kau merawat aku baik-baik,” janji Gato. 

Pippo gembira mendengar janji Gato. Pippo mengelus Gato dan berjanji akan merawatnya baik-baik. Namun, Pippo tidak punya pekerjaan sehingga tidak punya uang untuk membeli makanan. Untuk sementara, mereka tinggal di gubuk kosong yang mereka temukan di tepi jalan. Gubuk itu sangat reot. Gato iba melihat majikannya. 

Maka, setiap pagi, Gato pergi memancing di sungai dekat gubuk itu. Ia mendapat banyak ikan belanak indah dan besar. Sebagian ikan itu ia serahkan pada Gato. Sebagian lagi yang paling besar dan indah, diam-diam ia bawa ke istana raja.

 "Yang Mulia, terimalah ikan-ikan belanak indah, persembahan tuanku Pippo. Hanya hadiah sederhana untuk tuanku yang agung, dari salah satu rakyat negeri ini,” ujar Gato sopan. 

Raja sangat gembira, karena tidak ada seorang pun dari rakyatnya yang pernah memberinya hadiah. 

“Katakan pada tuanmu, saya sangat berterimakasih, ada rakyat yang mengingat rajanya,” ujar Raja. 

Keesokan harinya, Gato pergi ke rawa-rawa. Ia berlari-lari di rawa berusaha menangkap beberapa unggas. Ia memberikannya beberapa ekor pada Pippo, dan membawa unggas yang paling bagus untuk Raja. Gato kembali mengucapkan pesan yang sama.  

Berkali-kali Gato melakukan hal yang sama, sampai Raja akhirnya menjadi penasaran. 

“Aku harus berkenalan dengan tuanmu yang baik hati itu, kucing sopan. Aku ingin membalas kebaikannya,” kata Raja. 

 "Tuanku Pippo sangat menghormati Raja. Dia pasti akan datang besok siang untuk memberi hormat pada Raja,” kata Gato dengan sopan. 

Akan tetapi, keesokan paginya, Gato datang menghadap Raja dan berkata,

Baca Juga: Dongeng Anak: Mimpi Kim Kyong Sin #MendongenguntukCerdas

“Yang Mulia, mohon ampun, karena tuanku Pippo tidak bisa datang. Tadi malam, rumahnya kena rampok. Semua harta dan pakaiannya dibawa pergi. Kini tuanku Pippo tidak punya sehelai pakaianpun.” 

Raja sangat terkejut dan iba. Ia langsung memerintahkan pelayannya untuk mengeluarkan dari lemarinya, puluhan helai pakaian linen. Raja memberikannya pada Gato dan Gato membawanya pada Pippo. Betapa terkejut dan gembiranya Pippo melihat apa yang dibawa Gato. Dengan patuh, ia menuruti perintah Gato untuk segera ganti baju. 

Gato mengajak Pippo ke istana Raja. Di sana, Raja menyambutnya dengan gembira dan menjamunya dengan hidangan lezat yang Pippo belum pernah cicipi sebelumnya. Raja dan Pippo akhirnya menjadi akrab. Pippo terus berpura-pura mengaku sebagai bangsawan kaya sesuai nasihat Gato. 

Suatu hari, Raja ingin menjodohkan putrinya dengan Pippo. Ketika Gato datang ke istana, Raja bertanya tentang kekayaan Pippo. 

“Wah, tuanku Pippo itu sangat kaya. Dia memiliki banyak tanah di Roma dan Lombardy. Kekayaannya tak terhitung,” bohong Gato. 

Raja tidak percaya jika Pippo lebih kaya dari dirinya. Maka ia mengutus prajuritnya untuk menyelidiki kebenaran cerita Gato. Mengetahui hal itu, Gato segera berlari ke daerah Roma dan Lombardy yang berada di luar kekuasaan Raja. Setiap kali bertemu sekawanan domba, sapi atau kuda, ia buru-buru berkata pada gembala-gembalanya, 

"Hati-hati! Ada pasukan perampok datang untuk merampas ternak di desa ini. Kalau mereka datang, katakan saja, ternak dan ladang ini semuanya milik Tuan Pippo. Maka kalian akan aman karena para rampok itu takut pada Tuan Pippo!” 

Tak lama kemudian, pasukan raja datang dan bertanya pada para gembala dan petani yang sedang bekerja di ladang. Jawaban mereka semua sama, yaitu, ternak dan ladang itu semuanya milik Tuan Pippo. Para prajurid kembali ke istana dan melaporkan hal itu pada Raja. 

Raja sangat kagum dan gembira. Akhirnya, Pippo pun menikah dengan putri raja. Raja memberikan Pippo kastil yang megah sebagai hadiah pernikahan. Pippo sangat gembira dan berterimakasih pada Gato kucingnya.

“Kau memang sangat cerdas, Gato. Kalau kau meninggal lebih dulu, aku akan memasukkan kau ke dalam peti emas dan aku makamkan di halaman kastil,” janji Pippo.  

Mendengar janji Pippo, Gato jadi ingin tahu apakah Pippo akan menepati janjinya. Tiga hari kemudian, Gato pura-pura mati. Ia meregangkan tubuhnya dan pura-pura kaku di taman. Sang putri raja, istri Pippo berteriak saat melihat Gato. 

Baca Juga: Dongeng Anak: Kotaji Sang Ahli Panah #MendongenguntukCerdas

“Suamiku, kucingmu yang cerewet itu mati. Sungguh sial!” gerutunya. 

"Astaga, kenapa dia mati di taman kita. Kucing pembawa sial. Akan kusuruh pelayan melemparkan tubuhnya ke tepi hutan!” ujar Pippo. 

Seketika itu juga, Gato berdiri dan mendelik memelototi Pippo. Betapa terkejutnya Pippo. 

“Jadi, begini caramu membalas semua kebaikanku? Kau hanya pemuda miskin yang cuma punya sehelai baju. Tapi aku berhasil menipu Raja dan membuatmu jadi kaya. Sekarang, istrimu tahu kalau bukanlah bangsawan kaya. Dan aku tak mau menolongmu lagi!” marah Gato, lalu berlari pergi. 

 “Gatoo… jangan tinggalkan aku. Maafkan aku…” teriak Pippo sambil mengejar Gato. Namun Gato telah jauh, dan akhirnya tak terlihat lagi. 

Putri raja segera meninggalkan Pippo setelah tahu kalau Pippo bukan bangsawan. Pippo pun bergegas pulang ke desanya karena takut ditangkap Raja. Ia kembali hidup seadanya bersama kakaknya yang baik hati. Pippo sadar, bahwa kebohongan tak akan pernah membuat manusia bahagia. 

#MendongenguntukCerdas 

Tonton video ini, yuk!

---- 

Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo. 

Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id. 

Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023