Sungkeman masal dilakukan pertama kali pada era Kanjeng Gusti Pangeran Agung Sri Mangkunegara I.
Setelah ibadah, ia dan seluruh punggawanya berkumpul bersama dan saling bermaafan dengan sungkem.
Kala pertama kali dilakukan, Indonesia masih dikuasai Belanda. Hal ini membuat tiap gerakan diawasi Belanda.
Karena dilakukan secara berkumpul, kegiatan sungkeman ini jadi tidak bisa dilakukan dengan bebas.
Belanda mencurigai tradisi ini sebagai kumpulan untuk melakukan perlawanan besar terhadap penjajah.
Karena peristiwa itulah, Paku Buwono X pun justru malah ingin melestarikan tradisi sungkeman ini.
Akhirnya, hingga saat ini, tradisi sungkeman masih dilestarikan dan selalu ada di tiap Hari Raya Idulfitri.
Makna Tradisi Sungkeman
Tak hanya bersimpuh mencium tangan yang lebih tua, ternyata sungkeman memiliki makna mendalam, lo.
Saat sungkem, seseorang akan melakukan gestur merendah dan menyembah kepada orang yang lebih tua.
Salah satu makna utama dari tradisi sungkeman adalah penggambaran dari kerendahan hati seseorang.
Baca Juga: Mengapa Perayaan Lebaran Identik dengan Kue Kering? Ini Penjelasannya