Bobo.id - Saat Idulfitri tiba, ada beberapa tradisi yang kerap dilakukan masyarakat Indonesia. Apa saja?
Mulai dari tradisi mudik atau pulang kampung, berkunjung ke rumah sudara, bermaafan, THR, dan lainnya.
Dari sekian tradisi Lebaran, tradisi yang pasti ada adalah bermaaf-maafan dengan keluarga dan kerabat.
Di beberapa daerah, seperti di Jawa, proses bermaaf-maafan ini kerap dilakukan dengan cara sungkeman.
Sungkeman berasal dari kata 'sungkem' yang bermakna bersimpuh atau duduk jongkok sambil cium tangan.
Tradisi sungkem biasanya dilakukan oleh anak kepada orang tua atau anggota keluarga yang lebih tua.
Dilakukan turun menurun, sebenarnya bagaimana sejarah dan makna dari tradisi sungkem? Simak, yuk!
Sejarah Tradisi Sungkeman
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti asal-usul kapan dan dari mana tradisi sungkem bermula.
Namun, ada yang menyebut kalau sungkeman adalah hasil akulturasi budaya Jawa dengan agama Islam.
Dulunya, tradisi sungkem hanya dilakukan di Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.
Baca Juga: Jadi Salah Satu Tradisi Wajib untuk Saling Berkunjung saat Lebaran, Apa Itu Sungkeman?
Sungkeman masal dilakukan pertama kali pada era Kanjeng Gusti Pangeran Agung Sri Mangkunegara I.
Setelah ibadah, ia dan seluruh punggawanya berkumpul bersama dan saling bermaafan dengan sungkem.
Kala pertama kali dilakukan, Indonesia masih dikuasai Belanda. Hal ini membuat tiap gerakan diawasi Belanda.
Karena dilakukan secara berkumpul, kegiatan sungkeman ini jadi tidak bisa dilakukan dengan bebas.
Belanda mencurigai tradisi ini sebagai kumpulan untuk melakukan perlawanan besar terhadap penjajah.
Karena peristiwa itulah, Paku Buwono X pun justru malah ingin melestarikan tradisi sungkeman ini.
Akhirnya, hingga saat ini, tradisi sungkeman masih dilestarikan dan selalu ada di tiap Hari Raya Idulfitri.
Makna Tradisi Sungkeman
Tak hanya bersimpuh mencium tangan yang lebih tua, ternyata sungkeman memiliki makna mendalam, lo.
Saat sungkem, seseorang akan melakukan gestur merendah dan menyembah kepada orang yang lebih tua.
Salah satu makna utama dari tradisi sungkeman adalah penggambaran dari kerendahan hati seseorang.
Baca Juga: Mengapa Perayaan Lebaran Identik dengan Kue Kering? Ini Penjelasannya
Ini karena postur bersimpuh pada orang tua ketika sungkem bisa jadi simbol untuk hilangkan sikap egois.
Tradisi sungkeman ini juga menggambarkan bentuk penghormatan dan ketulusan hati untuk minta maaf.
Selain itu, ada pula yang menyebut kalau tradisi ini dilakukan agar tujuan puasa sebulan penuh bisa tercapai.
Momen sungkeeman bisa dimanfaatkan untuk saling memaafkan satu sama lain sehingga jadi bersih kembali.
Kalau ada jalinan yang rusak sebelumnya, diharapkan jalinan itu bisa membaik lagi melalui tradisi sungkeman.
Sungkem juga bisa jadi wujud terima kasih dari anak atau orang yang lebih muda kepada yang lebih tua.
Secara singkat, tradisi sungkeman yang dilakukan saat Hari Raya Idulfitri bisa dimaknai sebagai berikut:
- Memohon atau meminta maaf.
- Penghormatan kepada orang tua.
- Mempererat tali persaudaraan.
- Simbol kesadaran diri.
Nah, itulah makna tradisi sungkeman yang biasa dilakukan saat Lebaran. Semoga bisa bermanfaat!
Baca Juga: Jelang Lebaran, Perhatikan Kebersihan Stoples Kaleng dengan Tips Ini
----
Kuis! |
Apa yang dimaksud dengan sungkeman? |
Petunjuk: cek di halaman 1! |
Lihat juga video ini, yuk!
----
Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.
Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.
Ikuti juga keseruan rangkaian acara ulang tahun Majalah Bobo yang ke-50 di majalah, website, dan media sosial Majalah Bobo, ya! #50TahunMajalahBobo2023